Ada pemandangan yang berbeda jika Anda berkunjung ke desa kami saat musim kemarau. Tidak ada lagi hamparan padi menghijau. Namun, berganti dengan domba-domba yang merumput serta anak-anak yang bermain layang-layang.
Masa kemarau merupakan waktu di mana warga bisa mengisi waktu luang. Tidak banyak kegiatan yang bisa dilakukan saat kemarau di desa.
Lahan-lahan tidak digarap, rumput liar dibiarkan tumbuh. Kawanan domba senang karena bisa keluar dari kandang. Anak-anaknya yang lucu menjalani masa pertumbuhan dengan sumber makanan dan paparan sinar matahari nan berlimpah.
Ketika sore, anak-anak langsung berlarian ke pesawahan yang kering. Menerbangkan layang-layang menjadi sesuatu yang menyenangkan. Mereka bisa berkegiatan di luar ruangan, menyimpan gawai untuk sementara. Menghirup udara segar, menyentuh tanah dan mengamati kawanan burung di langit yang cerah.
Begitulah cara kami menikmati masa jeda. Alam memberi kesempatan bagi warga untuk beristirahat sementara. Sekaligus, mencari cara untuk bisa bertahan ketika pendapatan tidak ada.
Musim berganti mengajak kami untuk mawas diri. Kemudian menggali potensi diri. Alam mémang memberikan banyak hal tetapi jangan melupakan jika kebergantungan bukanlah sesuatu yang selalu menguntungkan.
Di sini, warga terpaksa berpikir keras mencari cara bagaimana memanfaatkan yang ada. Jika tidak ada apa-apa, terpaksa pula mencari ke tempat nan jauh di sana.
Kalau ada proyek pembangunan, para lelaki biasanya berkontribusi. Misalnya, kegiatan membangun irigasi. Warga memperoleh pendapatan tambahan meskipun temporer. Sembari terus berharap jika kemudahan menghampiri.
Pergi ke kota menjadi harapan, sayangnya di sana pun minim kegiatan. Katanya, di sana ada perebutan lapangan pekerjaan. Orang yang tidak memiliki koneksi ataupun kemampuan, sebaiknya tidak usah datang.