Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Yusuf Ansori

Mari berkontribusi untuk negeri.

Inisiatif dan Berpikir Besar

Diperbarui: 18 April 2024   07:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: pexels.com

Saya masih bertanya-tanya ketika memperhatikan sang adik (21) begitu sulit bangun tidur. Apabila semua anggota keluarga sudah membangunkan, maka dia baru bersedia untuk bangun. Setelah bangun tidur, maka akan tidur andaikan tidak ada yang mengajaknya berkegiatan. Kalaupun tidak tidur lagi, hanya rebahan. Tanpa kegiatan. 

Adik saya minim sekali inisiatif untuk berbuat sesuatu. 

Padahal, halaman rumah penuh dengan sampah dedaunan tetapi enggan membersihkan. Baginya, memegang sapu dan menggunakannya adalah hal langka. Dia seperti kebingungan harus berbuat apa. Disuguhi keadaan yang membuatnya tak nyaman, malah dibiarkan. 

Dia akan bertindak manakala ada yang mengajak atau mendesak. 

***

Dari contoh di atas, saya pun mengajukan pertanyaan lanjutan: dari manakah inisiatif itu datang?

Tentu jawaban dari pertanyaan di atas  banyak. Namun, saya akan membatasi pada satu hal. Mungkin saja inisiatif orang timbul karena orang berpikir besar. 

Inisiatif bukanlah sesuatu yang rumit. Bukan pula selalu tentang hal besar. Hanya saja, dibutuhkan gambaran besar dalam mental seseorang untuk mendorong adanya inisiatif. Sesederhana membuang sampah pada tempatnya maka mesti ada gambaran jika membuang sampah tidak pada tempatnya maka akan menimbulkan bencana. 

Sekarang saya mengerti kenapa di sekolah para murid diajak untuk memikirkan hal-hal besar. Tentu untuk membuat gambaran global dalam mentalnya. Dengan harapan, dia akan melakukan hal besar di suatu hari nanti. Hal-hal besar tergambar dalam mental tidak dimaksudkan sebagai pengkhayal semata tetapi sebagi pencipta. 

Manusia yang sering berpikir besar biasanya tahu harus melakukan apa dalam hidup. Dia dibimbing oleh pikirannya tersebut. Termasuk melakukan hal-hal kecil. Karena dia percaya jika hal kecil tersebut merupakan bagian dari sesuatu yang lebih besar. 

Mungkin Anda pun sudah tahu jika bangsa-bangsa besar merupakan sekumpulan orang-orang yang memiliki pikiran besar. Peradaban pasti diawali dari dalam pikiran orang per orang sebelum terwujud dalam bentuk hamparan kemajuan zaman. Borobudur tidak akan pernah dibangun andaikan wangsa Syailendra tidak berpikir untuk membangunnya. Juga, kita tidak bisa menikmati kemudahan berinternet andaikan Amrika dan Uni Sovyet tidak berlomba untuk memasang satelit di luar angkasa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline