Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Yusuf Ansori

Mari berkontribusi untuk negeri.

Bocah Kosong pun Bisa Jadi Selebriti

Diperbarui: 17 Januari 2024   17:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Vior, Chateez dan Mayden _Para bocah kosong_ sedang mewawancara dr Boyke (sumber: Dailymotion)

Baiklah, dalam tulisan ini mari sebut Si Bocah Kosong sebagai objek perbincangan kita. Siapa dia, tentu saja bukan bocah tetangga yang tidak dikenal banyak orang. Bukan pula anak dan keponakan kita yang tidak punya akun media sosial dengan jutaan pengikut. 

Tetapi, Si Bocah Kosong yang dimaksud begitu disukai banyak orang. Acara yang disajikan oleh mereka mendapat sambutan "baik" dari warganet. Saluran Youtube mereka telah jutaan kali ditonton. Kalau anda penasaran siapa mereka, silakan cari dengan tagar #bocahkosong

***

Ketika menonton saluran bincang-bincang di YouTube, saya heran dengan host yang menyajikan acara tersebut. Berbeda dengan acara bincang-bincang di TV, host tersebut tampak "tidak menguasai panggung". Dia tampak kebingungan memandu topik yang sedang dibicarakan. Pertanyaan yang terlontar tampak tidak elegan, buat saya malah merusak alur perbincangan yang sudah dimulai. 

Hanya saja, kelakuan si host "magang" tersebut masih dibimbing oleh host lainnya yang lebih punya peran mengarahkan. Setidaknya, acara obrolan tidak terlanjur melebar walaupun konsekuensinya durasi menjadi lebih lama. 

Nah, siapa yang menonton mereka? Itulah pertanyaan selanjutnya. 

Bukan sebuah pertanyaan tebak-tebakkan, tetapi pertanyaan "keheranan" pada fenomena ini. Memang bukan fenomena besar, bahkan bila dianggap tidak penting pun tidak apa-apa. Anggap saja semuanya hanya bentuk dari cara kita mengisi waktu kosong. 

Ketika menonton acara bincang-bincang tentu saja saya sudah nyaman dipandu oleh host yang elegan, cerdas serta punya daya pikat. Sederet nama bisa anda sebutkan, tentu saja. Pembawaan mereka membentuk kelas penonton tersendiri walaupun tidak semua pemirsa menyukai. 

Media massa dihuni oleh sekelompok warga yang terkesan menyerang selera warga. Kelompok ini sengaja mendesain acara bincang-bincang agar sesuai dengan selera yang antimainstream. Membentuk ceruk kecil diantara pemirsa yang begitu banyak. 

Ketika banyak ibu-ibu menyukai sinetron yang terkesan monoton, maka acara bincang-bincang menempatkan diri sebagai tontonan dengan kelas selera yang berbeda. Hanya saja, kelas selera ini pun ternyata mendapat tentangan dari para penonton yang kosong

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline