Perlu waktu lebih dari 2 jam untuk meyakinkan seekor burung Cekakak Jawa untuk terbang. Sebelumnya, dia hanya merengut karena luka yang dialaminya. Mungkin, si burung masih trauma karena sebelumnya sebelah sayapnya terjerat tali senar layangan.
Kemarin, sekitar jam 6 pagi, Nenek saya menemukan seekor burung terjatuh dari pohon. Mungkin, karena ketakutan oleh kehadiran manusia maka si burung malah terbang. Walaupun tidak tinggi, dia malah terperosok ke selokan di depan rumah. Byuurrr, dia terjebur.
Tubuh burung itu basah dan tentu saja dia kedinginan. Suaranya yang nyaring menunjukan dia membutuhkan pertolongan. Walaupun, teman-temannya tidak ada yang menyahut.
Ketika saya datang untuk mengevakuasi, dia malah meronta-ronta. Tapi, sekali lagi dia berusaha terbang, sekali lagi dia terjebur ke air. Kasihan, sayapnya masih terlilit.
Setelah melalukan penangkapan dengan tangan kosong, kami membawanya ke rumah. Tali senar yang melilit sayapnya berhasil dilepaskan. Ranting yang menggantung di tali itu, sudah bisa dibuang. Ahh ... lega.
Saya pikir, si burung akan langsung terbang kembali setelah bebannya dikurangi. Justru, dia tidak mau terbang. Wajahnya masih menyiratkan kesakitan. Dia perlu waktu untuk pemulihan.
Sudah beberapa kali saya coba untuk melepaskannya ke alam. Tapi, dia masih enggan terbang. Mungkin dia kelaparan? Oh, ternyata dia tidak mau makan. Seekor cacing tidak menggugah selera makannya.
***
Kami sepakat untuk mengurungnya di kandang ayam sampai dia mendapatkan kebugarannya kembali. Manusia pun perlu waktu untuk pemulihan, begitu juga si burung. Dia tidak memberontak. Pasrah.
Sekitar 2 jam kemudian, kami mencoba lagi untuk melepasliarkannya. Dengan tempat yang berbeda dari sebelumnya. Mungkin, dia sudah siap untuk terbang kembali. Apalagi, bulunya sudah mulai mengering dan suaranya kembali terdengar nyaring.