Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Yusuf Ansori

Mari berkontribusi untuk negeri.

Menjual Domba demi Membeli Buku

Diperbarui: 6 November 2020   05:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Dokpri.

Ada kebiasaan lama Bapa saya ternyata begitu terasa kegunaannya hingga saat ini yakni memelihara domba dan mengoleksi buku. Sekilas, itu seperti 2 kebiasaan yang bertolak belakang.

Jika Anda berkunjung ke rumah saya, mungkin akan ada pemandangan "tidak biasa". Kami memelihara domba dan beberapa hewan ternak serta "memelihara buku". Kalau tenaga masih segar, saya menggembala domba. Dan, kalau sudah lelah maka melepasnya sambil membaca buku adalah kebiasan yang jarang dilakukan tetangga di desa.

Kebiasaan lama Bapa saya ini, sangat terasa kegunaannya apalagi ketika resesi ekonomi melanda negeri. Domba bisa menjadi bekal untuk sekedar makan dan buku menjadi modal bagi pertahanan mental dan investasi penting di abad 21 ini. Pangan dan pengetahuan, 2 hal mendasar untuk menghadapi situasi dunia yang semakin penuh ketidakpastian.

Beberapa hari lalu, kami menjual 2 ekor domba. Sebagian uangnya, tentu saja dibelikan buku. Mungkin orang-orang akan bertanya-tanya, buat apa membeli banyak buku?

Tapi, di abad internet ini apa yang saya baca bertahun-tahun lalu ada gunanya. Tidak bermaksud sombong, diantara anggota keluarga hanya saya yang "paling aktif" di internet untuk mengisi konten. Buktinya, saya bisa menulis di Kompasiana. Walaupun, pendidikan saya tidak terlalu tinggi. Ya, asupan pengetahuan sebagian besar bersumber dari buku.

Kalau kata ahli ekonomi pengetahuan itu modal,  itu benar adanya. Setidaknya, dalam skala kecil kehidupan saya.

Buku cetak yang sudah usang, ternyata bisa sumber inspirasi untuk mengisi konten Facebook hingga blog gratisan. Memang, saya belum mendapatkan banyak uang dari konten internet tapi saya merasa "lebih siap" berhadapan dengan media yang serba terbuka. Bahkan, membuat cerita fiksi di Wattpad serasa "lebih mudah" karena tumpahan pengetahuan yang sudah terakumulasi sejak lama.

Di desa saya tidak ada toko buku, tapi belanja daring sudah bisa dilakukan.

Buku dan domba, bentuk investasi dan bukan mencari keuntungan dalam jangka pendek. Mengoleksi buku tidak seperti mengoleksi tas "branded" asal Prancis yang nilainya bisa tinggi. Memelihara domba bukan dalam rangka mencari untung karena sering "buntung". Keduanya adalah kombinasi bagi stimulasi diri untuk bergerak secara fisik dan mental.

Bukankah fisik dan mental adalah modal yang tersisa ketika uang sudah tidak punya? Karena setahu saya, dahulu penjelajah Eropa datang ke Nusantara banyak yang tidak memegang uang, alias modal dengkul.

(Dari berbagai sumber)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline