Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Yusuf Ansori

Mari berkontribusi untuk negeri.

Mesin Tik, Saksi Pengabdian Seorang Pendidik

Diperbarui: 4 Juli 2020   07:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mesin tik koleksi Bapa. (Dokpri.)


Mesin tik menjadi saksi perubahan zaman dari serba manual ke serba digital. Dia juga menjadi saksi betapa perubahan pun terjadi pada dunia pendidikan.

***

"Tak...tik...tak....tik"

Waktu itu saya masih anak-anak ketika suara khas mesin tik menghiasi pagi dan malam di rumah kami. Bapa, nampaknya asyik dengan suara itu dan begitupun saya.

Sesekali, saya menghampiri Bapa yang sedang duduk di belakang meja. Memperhatikan kertas yang berjalan mondar-mandir nampak lucu seperti kereta api. Apalagi kalau di akhir baris ada suara "ting" sebagai tanda jika ujung kertas sudah dekat.

Jari-jemari Bapa yang cekatan, terlihat membingungkan. Matanya fokus memperhatikan setiap huruf yang tercetak di kertas. Pita hitam atau terkadang merah, nampak seperti tirai yang ditarik dari ujung ke ujung.

Oh, betapa cetakan kata demi kata penuh perjuangan. Menghapusnya sebisa mungkin tidak dilakukan. Karena, tidak semudah komputer yang tinggal tekan tombol 'delete'.

Mesin tik itu masih ada hingga hari ini. Dia menjadi barang antik. Unik dan menggelitik ketika hari ini Bapa lebih suka menggunakan ponsel pintar untuk 'mengajar' anak-anak dari jarak jauh.

Jika dahulu soal-soal atau materi pembelajaran harus diketik terlebih dahulu, difotokopi kemudian dibagikan ke anak murid maka sekarang semua itu tinggal 'klik' sana-sini.
Suara berisik namun berirama itu kini tidak terdengar lagi. Tetapi, keluhan tentang biaya kuota internet lebih sering terdengar.

Mengajar anak-anak muridnya dari rumah jelas jauh berbeda dengan dahulu ketika tatap muka masih berlaku. Kata-kata yang tercetak di kertas sudah ketinggalan zaman. Saat ini, foto dan video hasil belajar bisa ditransfer lewat jaringan internet berkecapatan 'rendah'. Ya, resiko hidup di daerah dikala semua masih serba susah.

***

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline