Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Yusuf Ansori

Mari berkontribusi untuk negeri.

Ketika Tulisan Menggantikan Batu Nisan

Diperbarui: 28 Juni 2020   22:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tulisan di batu nisan.(Ilustrasi: Ansor)

Tulisan, di atas kertas atau layar digital, bisa menerangkan siapa kita dibandingkan tulisan di atas batu nisan. Kematian manusia tidak selalu diiringi dengan 'kematian' alur pikirannya.

***

Di kampung saya, ada seorang Ulama yang memiliki banyak pengikut. Ketika beliau meninggal, sayang, tidak ada warisan ilmu yang bisa diturunkan karena beliau tidak punya karya tulis untuk dibaca. Ilmunya pergi bersama dengan jasadnya.

Di batu nisan tertulis jika beliau adalah seorang Kyai sekaligus Doktor. Tapi, itu hanya bisa diketahui dari deretan gelar di namanya. Atau, orang-orang yang pernah menimba ilmu padanya. Generasi selanjutnya, jelas tidak tahu siapa beliau.

Anak-anak hanya tahu jika itu adalah pemakaman yang serba diistimewakan. Selain asri, tanah pemakaman itu paling 'hijau' bila dibandingkan dengan tanah gersang di sekitarnya.

Sesekali, bahkan bisa dibilang sering, keluarganya berziarah sekaligus membersihkan rerumputan atau daun-daun kering yang berserakan. Pemakaman yang senantiasa terjaga keasriannya, tidak diiringi dengan kelestarian ilmu yang disebarkannya.

Nama 'besar' beliau dahulu, saat ini jelas tidak terdengar lagi. Pengajian yang dulu diempunya, saat ini tidak seramai dahulu. Para jamaah benar-benar kehilangan sosok yang bisa dijadikan panutan.

***
Mengenang seseorang tidak harus selalu dengan menuliskan namanya di batu nisan. Peran apa yang diembannya ketika hidup, memang tidak bisa ditulis di atas batu nisan yang berukuran terbatas.

Banyak tokoh-tokoh besar nasional dan internasional, justru diketahui perannya lewat tulisan-tulisan yang menceritakan kiprahnya. Meskipun di atas kuburannya ditulis jika dia seorang "pahlawan", tetapi tidak ada satu pun tulisan yang menceritakan kiprahnya, ya, siapa yang peduli.

Saya mulai berpikir jika batu nisan itu suatu waktu akan rusak karena arus zaman yang menyertainya. Penggusuran, pemindahan atau tenggelam karena 'ditelan' bumi bisa saja terjadi.  Masih bisakah nisan-nisan itu mempertahankan eksistensinya.

Saya pesimis, jika masih ada orang yang mempertahankan nisan-nisan itu sambil berteriak, "Di sini dikubur orang besar yang telah berjasa di masa lalu!". Kemudian yang lain menjawab, "Mana buktinya?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline