Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Yusuf Ansori

Mari berkontribusi untuk negeri.

Burung Berkicau dan Naluri Alami Manusia Industri

Diperbarui: 24 Juni 2020   06:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Burung Kutilang yang masih liar padahal sudah banyak yang dipelihara di sangkar. (Dokpri.)

Sebagai manusia, kita tidak betul-betul sanggup terpisah dengan alam sekitar. Meskipun tembok-tembok di tengah kota memisahkannya dengan alam tetapi manusia tetap mencari cara untuk bertemu dengan 'kawan lama' dengan mendatangi kebun binatang atau mendatangkan binatang peliharaan.

***

Beberapa rumah tetangga di kampung saya dihiasi dengan burung-burung peliharaan dengan aneka jenis dan warna. Mulai dari tekukur hingga burung murai dengan harga yang bisa menguras isi dompet.

Kicauan terdengar mengalun hampir setiap pagi. Nampaknya, mereka kelaparan atau memang dilatih untuk menyemangati pemiliknya yang masih malas-malasan. Lengkingan kadang terdengar sehingga saya pun tertarik untuk menikmati keindahan nyanyiannya.

Beberapa diantara mereka yang hobi memelihara burung, memang tidak punya pekarangan luas dengan pepohonan besar di atasnya untuk mendatangkan burung-burung liar bertandang.

Entah kapan dimulainya tradisi menangkarkan burung liar untuk dijadikan hiasan rumah manusia. Tetangga saya pun nampaknya 'ikut-ikutan' meneruskan kebiasaan generasi sebelumnya untuk memanjakan burung melebihi anaknya sendiri. Baginya, memelihara burung _apalagi yang mahal_ menjadi kebanggaan dan jadi bahan obrolan.

Burung tekukur yang masih bebas hinggap di pohon kelapa dekat rumah. (Dokpri.)

Saya tidak punya hobi serupa dengan beberapa tetangga dekat rumah. Halaman rumah saya cukup luas untuk mengundang  burung liar beraneka jenis. Mulai dari burung pipit, tekukur hingga kutilang yang sudah jarang.

Kerinduan saya akan 'suara alam' memang mudah terobati. Suara-suara burung liar yang biasa terkurung di sangkar justru sering terdengar.

Diantara mereka ada burung kutilang yang sudah jarang terdengar. Populasi burung ini sangat sedikit di kampung saya. Justru, mereka bisa dengan ditemukan di depan rumah, dalam sangkar.

Ketika saya berhasil mendapatkan foto dan videonya, saya merasa senang. Bagaimana tidak, untuk bisa mendengarkan keindahan suaranya manusia harus menebusnya dengan harga lumayan. Kemudian, memberinya makan buah-buahan karena itu kesukaannya. Dimana, manusia pun masih banyak yang tidak bisa makan  buah-buahan karena kekurangan anggaran. Menyedihkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline