Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Yusuf Ansori

Mari berkontribusi untuk negeri.

Burung-burung Penghias Kampung

Diperbarui: 23 April 2020   22:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Perkenalkan burung-burung yang senantiasa terbang di dekat rumah saya, di seputar Garut Bagian Utara. Kawanan burung berbagai ukuran sering beterbangan menghiasi angkasa di atas desa. Buat saya, mereka adalah anugerah yang indah dimana tidak lagi ditemukan di tempat lain.

Apabila pagi menjelang, suara burung yang kelaparan saling bersautan. Sambil meregangkan anggota badan mereka keluar sarang dan penginapan diatas dahan. Ada seekor yang tenang diatas ranting pohon atau sekumpulan yang hinggap di areal pesawahan.

Si bangau putih mencari keong di sawah. (Dokpri.)

Para burung semakin riuh bersuara ketika matahari naik sepenggalahan. Teriknya malah semakin menarik mereka untuk semakin aktif. Belalang atau bulir padi yang mulai menguning menjadi sarapan favorit.

Jika musim tanam padi di sawah, kawanan  burung serasa semakin banyak. Ada diantara mereka bukan 'anak kampung sini'. Beberapa diantaranya adalah burung migrasi entah darimana. Seperti si bangau putih yang terlihat moncongnya jika petani mulai menanam padi.

Cekakak jawa bertengger di pohon sukun dekat rumah. (Dokpri.)

Si bangau putih suka mencari keong di sawah. Mereka sangat membantu petani mengurangi hama padi ini. Karena, jika populasinya berlebih bisa menghilangkan bibit padi yang baru ditanam.

Sama seperti burung kuntul atau burung belekok. Rasanya, jika kemarau tiba mereka tidak menampakan diri di dekat rumah saya. Justru, mereka menjadi hiburan bagi petani ketika lelah bekerja sampai tengah hari.

Kalau sudah petang, burung cekakak masih mencari ikan di sekitar kolam. Mereka adalah "pencuri" handal. Anak ikan mujair nampaknya adalah kesukaannya. Kelakuannya mirip si burung Raja Udang lain dengan ukuran lebih kecil, di kampung saya disebut "manuk beusi".


Kuntul di sawah (Dokpri.)

Tapi, kalau urusan suara maka tekukur menjadi primadona. Di atas pohon kelapa mereka suka menutup hari dengan suaranya yang saling bersahutan. Di tengah sawah burung peranjak Jawa masih terdengar meskipun matahari mulai tenggelam.

Nah, kalau hari mulai gelap maka burung wiwik kelabu masih bernyanyi dengan suaranya melengking. Terkesan menakutkan bagi yang masih percaya tahayul, tetapi indah terdengar buat saya karena mereka menenangkan jiwa.

**

Tekukur mencari makan. (Dokpri.)

Semoga mereka masih ada ketika saya beranjak tua. Meskipun zaman terus berubah, tetapi wajah desa tidak mengalami banyak perubahan. Burung-burung senantiasa menghiasi hari kami di sini, kini dan nanti.

Wiwik kelabu dengan suaranya yang melengking. (Dokpri.)

.

dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline