Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Yusuf Ansori

Mari berkontribusi untuk negeri.

Pramuka, Masihkah Kaku Seperti Dulu?

Diperbarui: 14 Agustus 2019   06:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi by: ansor

Pramuka, kegiatan ekstrakurikuler yang sudah tua, 14 Agustus ini berulang tahun. Saking tuanya, masih ada yang menganggap 'kegiatan tak berguna'.

***

Berkemah dan baris-berbaris, itulah yang identik dengan Pramuka di mata saya. Terus terang, memperhatikan Pramuka di sekolah sekitar rumah kok kegiatannya terkesan monoton. Dulu dan kini, begitu.

Saya berpikir jika 'pola semi militer' yang berlaku sejak zaman orde baru memang harus diubah. Kegiatan Pramuka yang terlalu banyak upacara malah semakin membuatnya tidak menarik bagi anak masa kini.

Diawali dengan seragamnya yang serba kaku, kesan Pramuka sebagai kegiatan mengisi waktu luang semakin tidak menjadi pilihan. Memperhatikan seragam Pramuka memang terlihat keren bagi yang suka hal berbau 'seragam'.

Dengan baret atau boni, anak Pramuka terlihat gagah namun sekaligus kaku. Ditambah lagi emblemnya yang memenuhi baju. Uh...

Saya anak Pramuka sejak kecil. Tetapi ketika dewasa menjadi kurang tertarik karena kesannya yang masih kaku itu. Apalagi kegiatannya tidak jauh dari upacara bendera dan semisalnya.

Ubah Seragamnya

Agar lebih fleksibel, seragam Pramuka perlu diubah secara bertahap.

Paling pertama, kacunya tidak usah selebar sekarang. Kain merah putih yang terbelit di leher malah membuat kesan Pramuka tidak fleksibel. Ukurannya harus diperkecil seperti anak pecinta alam agar tidak menghalangi kegiatan di alam terbuka.

Baju Pramuka tidak usah dipenuhi emblem jika bukan dianggap sebagai identitas umum. Tidak semua anak suka dengan emblem-emblem itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline