Mengidolakan seseorang sangat mungkin mendatangkan kekecewaan. Begitupun para pendukung Prabowo, banyak yang kecewa karena arah politiknya tidak sesuai dengan keinginan sebagian pendukung.
***
Sebagai sosok yang diidolakan, Prabowo Subianto memiliki magnet tersendiri untuk menarik hati sebagian rakyat Indonesia. Kebaikan-kebaikannya dijadikan acuan dan alasan jika dia layak dijadikan idola.
Para pengagum Prabowo seakan menutupmata pada kekurangan-kekurangannya. Pembelaan menjadi bagian dari kehidupan keseharian. Tiada hari tanpa pembelaan.
Hal yang lumrah saja sih. Namanya juga fans berat. Tidak heran kalau pembelaan bisa dianggap berlebihan karena sudah mempertaruhkan keimanan.
Di linimasa orang berdebat, mencaci, memaki dan mengumpat demi membela sang idola. Memuja sang idola dengan memasang fotonya sebagai foto profil media sosial sebagai wujud 'kesetiaan'. Apabila ada cela, seakan si pencela benar-benar bersalah dan harus dipersalahkan.
Ketika Prabowo Sang Idola Membuat Kecewa
Ada saja hal yang membuat kecewa apabila orang yang diidolakan perilaku atau jalan hidupnya tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Mendambakan kesempurnaan dari manusia memang tidak akan pernah bisa.
Dulunya begitu, ketika sang idola masih dianggap layak sebagai pujaan (masih mending tidak dipuja). Awalnya sang idola dianggap layaknya manusia pilihan Tuhan untuk menebarkan kebaikan di muka bumi (hampir mendekati Imam Mahdi).
Tetapi itu dulu, ketika sang idola belum membuat kecewa.
Apabila sang idola membuat kecewa, maka sebaliknya tuduhan tak beralasan dilayangkan. Pengkhianatan, ketidakjelasan dan banyak lagi lontaran disematkan. Dulu dipuja, sekarang dicela.