Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Yusuf

Sepi ing pamrih rame ing gawe

Filsafat Pendidikan Eksitensialisme

Diperbarui: 1 Mei 2020   05:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

 Eksistensialisme adalah suatu faham yang menganggap bahwa manusia memiliki kekuatan dan kebebasan dalam menentukan sebuah tindakan dan menentukan sendiri nasib atau wujud dan mempertanggungjawabkan pilihanya tersebut. Aliran eksistensialisme dibagi menjadi dua yaitu teitis dan ateitis, teitis menganggap bahwa manusia memiliki kebebasan bereksistensi tetapi atas pengaruh kehendak Tuhan, dan menurut ateitis menganggap bahwa seorang manusia memiliki kebebasan bereksistensi tetapi diluar kehendak tuhan, jadi berkebalikan dengan teitis. Didalam dunia pendidikan eksistensi mempunyai pengaruh besar dalam kemjuan pendidikan, contohnya dalam sebuah acara pelombaan ajang ini bisa menjadi sebuah tempat untuk mengeksplorasi sebuah potensi yang ada dalam diri manusia, sehingga orang tersebut dapat bereksistensi untuk menujukan siapa dirinya dan menunjukan keberadaannya. Seorang pendidik atau guru juga dapat ikut berperan dalam hal ini dengan cara mengarahkan, memberi bimbingan, memfasilitasi anak didik untun mengembangkan potensi anank didik tersebut. Ada bebrapa teori pembelajaran yang cocok dengan aliran ini yang salah satu contohnya yaitu teori belajar humanistik, teori ini sangat cocok dengan aliran eksistensialisme katena teori ini sangat menjunjung tinggi harkat dan martabat atau menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Dan lagi-lagi seorang guru atau pendidik mempunyai andil salah satu contohnya yaitu seorang guru harus mampu dengan perbedaan potensi disetiap individu dan menyesuaikan dalam pembelajaran. Dalam hal tunjuan pendidikan, menurut aliran ini tujuan pendidikan bukan hanya teori saja melainkan bagaimana cara mencetak anak didik yang mempunyai pikiran yang kreatif, dan cranya adalah dengan membuat suatu gagasan atau pikiran sehingga ia dapat eksis dilingkunganya sendiri-sendiri. Banyak sekali para tokoh-tokoh aliran filsafat ini seperti Jean Paul Satre, Soren Kierkegaard, dan Karl Jepser. Menurut Jean Paul Satre manusia dalam keberadaanya bisa mendahuli esensinya dan berbeda dengan benda dimana keberadaan suatu benda sekaligus menjadi esensinya. Yang selanjutnya yaitu menurut Soren Kierkegaard dia beranggapan bahwa eksistensi manusia adalah suatu eksistensi yang dipilih dalam kebebasan, artinya bereksistensi dalam perbuatan yang dilakukan semua orang dan untuk dirinya sendiri. Menurutnya suatu kebenaran adalah untuk diri sendir dan berbeda dengan filsuf-filsuf sebelumnya yang hanya melihat dari sudut teoritis dan konsepsi yang bersifat objektif, oleh karena itu sangatlah penting untuk menunjukan eksistensi teoritis dan konsepsi tersebut kedalam diri sendiri. Yang selanjutnya yaitu menurut Karl Jesper, ia beranggapan bahwa manusia itu memiliki kebebasan yang seutuhnya namun pada akhirnya nanti manusia juga mempunyai suatu keterbatasan, menurutnya keterbatasan itu ada 4 yang pertama yaitu penderitaan, perjuangan, kebersalahan dan kematian. Jadi meskipun manusia memiliki kebebasan ujun-ujungnnya manusia akan di hadapkan oleh suatu pilihan yang mana manusia akan memikirkan suatu penderitaan yang akan dialami, perjuangan yang akan dilaluinya, merasa bahwa dia paling bersalah dan terakhir yaitu kematian, kematian adalah akhir dari sebuah kebebasan manusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline