Lihat ke Halaman Asli

Muhammad YusronID

Mahasiswa IAIN Jember

Murid Dapat Membuat Guru Dipidana

Diperbarui: 10 April 2020   20:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Tugas utama guru adalah mendidik para siswanya di sekolah. Karena itu, tidak heran jika mereka membuat aturan yang bertujuan untuk mendisplinkan para siswa. Namun, sebagian orangtua justru tidak terima dengan niat baik para guru dalam mendidik anak mereka.Bahkan, di antara wali murid tersebut ada yang tega memenjarakan guru putra-putri mereka.

Selama ini, nasib guru di Indonesia memang sungguh memprihatinkan. Sebut saja nasib guru honorer di negeri ini yang hanya menerima gaji sekitar 300 ribu per bulannya. Sangat tidak sesuai dengan dengan ilmu dan pengabdian yang mereka berikan. Terlebih, sulitnya seorang guru mendapat sertifikasi juga mengundang perhatian.

Jauh dari masalah kelayakan gaji, masalah dalam lingkup sekolah juga nggak kalah bikin miris. Diskriminasi terhadap kaum pengajar tak henti-hentinya jadi pemberitaan publik. Yang tak habis-habis kasusnya adalah ketika seorang guru yang harus dipidana hanya karena bertindak tegas pada muridnya.

Sungguh miris, mengapa dapat terjadi hal yang seperti itu di negeri ini ? Bukankah guru bertugas untuk mendisiplinkan peserta didiknya yang tidak bisa diatur, membimbingnya hingga mendapatkan ilmu yang bisa bermanfaat di kalangan masyarakat ? Tetapi mengapa terdapat kasus seorang peserta didik yang diingatkan oleh gurunya jika penampilan atau tingkah lakunya itu tidak sesuai dengan tata tertib sekolah mereka malah membangkang ? Apakah ini salah guru, murid ataukah wali murid ?

Untuk mengurangi agresivitas siswa terhadap guru dibutuhkan sinergitas antara orang tua, masyarakat, dan lingkungan sekolah. dari sistem pendidikan di keluarga, orang tua harus menerapkan nilai-nilai tata krama yang dari agama. Hal itu menjadi mutlak bagi orang tua. Sehingga, orang tua tidak sekadar pasrah kepada sekolah dalam upaya menerapkan pendidikan moral tersebut.

Kemudian pada pendidikan di sekolah, para guru harus menyadari, sistem pendidikan yang lebih mengedepankan kognitif, atau pemikiran, atau akaliah itu akan menyebabkan tumpulnya akhlak remaja kita. Artinya, harus ada keseimbangan antara sistem pendisikan kognitif dengan pendisikan moral, etik, dan akhlaknya.

Tidak luput juga dengan lingkungan sosial yang seharusnya memberikan social punishment atau hukuman sosial bagi orang-orang yang terlibat tindakan agresi. Artinya, masyarakat jangan malah memberikan pujian atau apresiasi terhadap siswa yang terlibat agresi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline