Pekerjaan dan Profesi adalah suatu suku kata yang berbeda. Perbedaannya terletak dari kegiatan yang dijalaninya walaupun banyak orang mengartikan bahwa pekerjaan dan profesi adalah suku kata yang sama. Pekerjaan adalah suatu kegiatan yang tidak bergantung dengan suatu keahlian khusus yang dimiliki oleh seseorang. Jadi, setiap orang dapat dimungkinkan memiliki pekerjaan tetapi tidak semuanya bergantung pada profesi.
Profesi adalah suatu pekerjaan yang memiliki suatu keahlian khusus. Profesi juga membutuhkan suatu pelatihan, sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut. Adapun seorang profesional adalah seseorang yang menawarkan jasa atau layanan sesuai dengan kemampuan dalam bidang yang dijalaninya.
Tak sedikit orang-orang yang menjadikan profesi guru menjadi sebuah pekerjaan baginya, karena kebutuhan finansial yang mendorong niat tersebut untuk melakukannya. Bagi guru honorer gaji yang mereka terima dianggap belum cukup dikarenakan jumlahnya yang kurang memungkinkan. Maka dari itu mereka membuka suatu bisnis pekerjaan sampingan guna memenuhi kebutuhannya.
Tetapi mereka salah dalam mengambil sebuah kebijakan antara profesi dan pekerjaan sebagai guru, karena dianggap menjadi guru tugasnya hanya ini itu saja dan mendapatkan upah yang sedikit dan lebih memfokuskan diri ke pekerjaan sampingan dikarenakan memiliki upah yang cukup banyak daripada menjadi seorang guru. Pada akhirnya mereka hanya menganggap menjadi guru hanyalah sebuah pekerjaan sampingan daripada menjadi seorang pebisnis.
Perlu digaris bawahi menjadi seorang guru yang ikhlas meskipun dengan gaji yang sedikit tidak akan membuat seseorang menjadi susah karena rejeki datangnya dari Tuhan. Menjadi profesi seorang guru akan melahirkan banyak profesi yang lain. Jika kita melihat negara Jepang ketika kota Hiroshima dan Nagasaki dijatuhkan bom nuklir, seorang Kaisar yang dikenal sebagai Kaisar Hirohito mengumpulkan beberapa Jendral yang masih hidup dan bertanya pada mereka "Berapa jumlah guru yang masih hidup ?". Para Jendral pun bingung mengapa sang kaisar mengatakan hal tersebut, dan para Jendral beranggapan mampu melindungi Kaisar Hirohito meskipun tanpa seorang guru. Namun, Kaisar Hirohito kembali berkata, "Kita telah jatuh, karena kita tidak belajar. Kita kuat dalam senjata dan strategi perang. Tapi kita tidak tahu bagaimana mencetak bom yang sedahsyat itu. Kalau kita semua tidak bisa belajar bagaimana kita akan mengejar mereka? Maka kumpulkan sejumlah guru yang masih tersisa di seluruh pelosok kerajaan ini, karena sekarang kepada mereka kita akan bertumpu, bukan kepada kekuatan pasukan."
Betapa mulianya seorang guru dimata sang Kaisar hingga saat ini negara Jepang menjadi negara yang maju. Mengutip dari kata" Dosen saya yakni bapal Imron Fauzi, M.Pd.I, guru itu adalah wakaf terbesar maksudnya adalah seorang guru akan memberikan manfaat ilmu bagi anak didiknya untuk mereka gunakan untuk meraih cita-citanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H