Lihat ke Halaman Asli

Pemikiran dari Filsuf Schopenhauer tentang Penderitaan dan Teori Lainnya

Diperbarui: 11 Januari 2024   23:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Arthur Schopenhauer adalah seorang filsuf Jerman terkenal yang memiliki pandangan pesimis terhadap sifat manusia dan  teorinya dipengaruhi oleh filsafat Plato dan Immanuel Kant. Ajarannya menciptakan persaingan akademis dengan Hegel yang terus berlanjut.

Karya utama Schopenhauer yaitu "Die Welt als Wille und Vorstellung" ("The World as Will and Representation"), yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1818, menguraikan pemikiran-pemikirannya tentang keinginan, penderitaan, dan sifat dasar realitas.

Pemikiran utama Schopenhauer terkait dengan konsep "voluntarisme." Ia menganggap keinginan (will) sebagai kekuatan fundamental di balik semua fenomena alam dan manusia. Keinginan dianggap sebagai dorongan tak terkendali yang meggerakkan kehidupan.

Schopenhauer mengembangkan pandangan yang sangat pesimis tentang kehidupan. Ia berpendapat bahwa keinginan tak terpenuhi menyebabkan penderitaan, dan satu-satunya solusi adalah mengurangi atau menghilangkan keinginan tersebut.

Arthur Schopenhauer adalah salah satu filsuf pertama yang secara terbuka menyatakan dirinya seorang ateis, dan karena itu dianggap sebagai salah satu tokoh paling pesimistis dalam sejarah filsafat. Ia berpikir bahwa bukan hanya manusia yang tidak bahagia, namun ketidakbahagiaan adalah satu-satunya hal yang biasa ditemukan manusia. Hakikat manusia adalah kemauan, dan hakikat kehendak itu adalah kecenderungannya terhadap obyek-obyek tertentu. Oleh karena itu, ia berpendapat bahwa manusia selalu mencari sesuatu dan tidak pernah bisa mencapai kepuasan yang utuh.

Kehendak bagi manusia adalah sumber penderitaan tanpa akhir. Penderitaan ini akan semakin bertambah karena penting bagi kehidupan manusia dan didukung oleh kemajuan ilmu pengetahuan. Kemajuan pengetahuan dan teknologi manusia, yang terus-menerus mengejar hasrat akan kepuasan, telah berkontribusi terhadap penderitaan dalam sejarah umat manusia.

''Kehendak yang tidak terpenuhi mendatangkan penderitaan, dan pencapaian hanya mendatangkan kebosanan'' (Schopenhauer).

Ini adalah kata-kata Schopenhauer yang terkenal. Pada dasarnya, orang ingin  mencapai apa yang telah mereka kehendaki. Dalam proses mendapatkan apa yang diinginkan, orang selalu menderita.Namun, begitu hal yang diinginkan  tercapai, rasa bosan pun datang. Tidak ada  kebahagiaan sejati.

Schopenhauer juga menulis secara mendalam tentang estetika. Ia berpendapat bahwa seni adalah cara untuk melarikan diri dari penderitaan dan keinginan, dan melihatnya sebagai manifestasi langsung dari keinginan yang lebih dalam. Kemudian dalam etika, Schopenhauer menyatakan pentingnya belas kasihan dan menekankan konsep "mitleid" (rasa simpati) sebagai landasan moralitas. Ia juga menolak egoisme dan mencoba menyusun suatu etika yang bersifat universal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline