Lihat ke Halaman Asli

muhammad wafi

Mahasiswa

Mengenal Ketokohan Ja'far bin Abi Thalib dan Berbagai Keistimewaannya

Diperbarui: 7 Juni 2023   00:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Siapa sih sebenarnya Ja’far bin Abi Thalib?

Ja’far bin Abi Thalib adalah sepupu Rasulullah SAW yang juga merupakan kakak kandung dari Ali bin Abi Thalib. Beberapa literatur menyebutkan, di kalangan Bani Abdi Manaf, ada lima orang yang sangat mirip  dengan Rasulullah SAW, sehingga seringkali terjadi dalah terka dikalangan mereka. Lima orang tersebut adalah, Abu Sufyan bin Harits bin Abdul Muthalib, Qutsam ibnul Abbas bin Abdul Muthalib, Saib bin Ubaid bin Abdi Yazin bin Hasyim, Ja’far bin Abi Thalib, dan Hasan bin Ali bin Abi Thalib. Diantara lima orang ini, yang paling mirip wajahnya dengan Nabi SAW adalah Ja’far bin Abi Thalib.

Bagaimana perjalanan awal keislaman Ja’far bin Abi Thalib?

Ja’far beserta istrinya, Asma’ binti Umais, bergabung/masuk  Islam sejak masa awal Islam. Keduanya menyatakan keislamannya di hadapan Abu Bakar As-Shiddiq sebelum Rasulullah ke rumah al-Arqam. Akan tetapi perjalanan mereka dalam menjalani kehidupan sebagai muslim tidaklah mudah. 

Halangan dari kaum Quraisy yang membuat mereka sulit untuk menikmati kelezatan beribadah kepada-Nya. Maka disaat kaum muslimin mendapatkan perintah untuk hijrah ke Habasyah, mereka berdua-pun turut serta didalamnya. Dengan mendapat izin dan restu dari Rasulullah SAW, merek berangkat dan menetap di negeri Habasyah dibawah suaka raja Najasyi selama 10 tahun, dan dirinya menjadi pemimpin kaum muslimin yang hijrah ke Habasyah.

Apa saja keistimewaan Ja’far bin Abi Thalib?

  • Penyebab Kebahagiaan Nabi Muhammad SAW pasca peristiwa Khaibar

Pada tahun ke-7 Hijriyah, Ja’far bin Abi Thalib beserta istrinya meninggalkan Habasyah dan hijrah ke Yatsrib (Madinah). Kebetulan juga Rasulullah SAW baru saja pulang dari Khaibar. Beliau SAW sangat gembira bertemu dengan Ja’far sehingga karena kegembiraannya beliau berkata, "Aku tidak tahu mana yang menyebabkan aku gembira, apakah karena kemenangan di Khaibar atau karena kedatangan Ja’far?"

  • Sifat kedermawanan dan kemurahan hati kepada masyarakat kecil

Di dalam kaum Muslimin, khususnya kalangan fakir miskin, Ja’far bi Abi Thalib merupakan sosok inspirasional mereka. Beliau adalah sosok yang banyak membela golongan dhuafa, hingga mendapatkan gelar Abil Masakin (Bapak orang-orang miskin). Sering sekali beliau mengajak kaum dhuafa untuk makan bersama di rumahnya, hingga Abu Hurairah berkata demikian, “Orang paling baim kepada kami (Golongan Miskin) ialah Ja’far bin Abi Thalib.

  • Seorang komandan yang heroik dalam pertempuran Mu’tah

Dalam perang ini terjadi ketidak seimbangan dan bisa terbilang “jomplang”, dimana 3000 pasukan muslm melawan 100.000 pasukan Romawi di tempat yang bernama Mu’tah. Komando jarak jauh dipegang langsung oleh Rasulullah SAW, beliau berpesan, “Jika Zaid bin Haritsah (Komandan Pasukan) tewas atau cidera, maka komandan akan digantikan oleh Ja’far bin Abi Thalib. Seandainya Ja’far tewas atau cidera pula, dia digantikan oleh Abdullah bin Rawahah, dan apabila Abdullah bin Rawahah cidera atau gugur pula, hendaklah kaum muslimin memilih pemimpin/komandan diantara mereka”.

Hal tersebut terjadi dimana Zaid bin Haritsah gugur dan digantikan oleh Ja’far yang juga turut gugur, setekah berjuang mati-matian yang membuatnya mendapat luka kurang lebih 80 tikaman, putus kedua tangannya, dan terbelah tubuhnya sehingga menjadi syahid. Perlu diketahui bahwasanya 80 tikaman itu terletak di tubuh bagian depannya, yang menjadi tanda bahwa beliau terus maju tanpa menoleh dan berbalik sedikitpun. Kemudian komando dilanjut oleh Abdullah bin Rawahah, dan menjadi syahid pula, sehingga komando terkahir dipegang oleh Khalid bin Walid, dimana kaum Muslimin meraih kemenangan di detik-detik kritis pertempuran.

  • Puasa di dunia berbuka di surga

Ditengah medan pertempuran, beliau sempat ditawari air agar beliau minum, akan tetapi beliau menolaknya, dengan menjawab: “Aku Puasa”. Padahal saat itu cuaca panas ektrim sedang menimpa medan pertempuran Mu’tah. Sahabat lain pun membujuknya, “Berbukalah hari ini dan berpuasalah di lain hari, karena lukamu yang sangat parah”. Kemudian menjelang wafatnya, Ja’far bin Abi Thalib justru berkata: “Aku ingin berbuka di surga”, dan Allah SWT pun mengabulkan permintaan terakhirnya tersebut. Ja'far menjaga puasanya hingga akhir hayat, dan berbuka saat berada di surga dengan segaala kenikmatannya.

  • Pemilik dua sayap surgawi yang sangat merindukan Nabi SAW

Ketika Rasulullah SAW duduk bersama sahabatanya di Madinah, tiba-tiba beliau mengadahkan wajahnya kelangit seraya menjawab salam, “Wa ‘alaikassalam wa rahmatullahi wa barakatuh” Hal ini membuat sahabat yang menyaksikan peristiwa tersebut menundukkan kepala, dan salah seorang diantara mereka bertanya: “Ya Rasullallah siapakah yang Engkau ajak biacara?”. Rasul SAW kemudian menjawab: “Ja’far bin Abi Thalib datang mengunjungiku bersama jutaan malaikat. Allah SWT mengganti kedua tangannya dengan dua sayap. Ia dapat terbang kemana pun Ia suka di Surga”.

Dari peristiwa ini, dapat dilihat bahwasanya para Malaikat telah diperintahkan Allah SWT untuk mengawalnya menuju surga, akan tetapi rindu yang menyeruak memenuhi hatinya, membuatnya ingin bertemu sang Nabi yang dicintainya. Ja’far berkata: “Aku ingin mengucapkan salam kepada kekasihku, aku ingin berada dekat dengan Nabi ku, aku ingin melihat Baginda Rasul SAW yang melaluinya aku memperoleh hidayah”. Walau dirinya telah diberi limpahan nikmat di surga, hal itu tak membuatnya lalai akan perasaan rindunya kepada sang Nabi, yang dari pertemuan itu membuat hatinya tenteram di Surga.


Wallahu A'lam bish Shawwab




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline