Muhammad Umar Wibowo (1202050076)
UIN Sunan Gunung Djati
Matematika memiliki peran yang signifikan dalam membuat dan memperbarui keterampilan berpikir dalam hal nalar, logis, sistematis, dan kritis. Menurut Depdiknas (2006: 361), pengembangan sebuah kelebihan berpikir kritis telah difokuskan utama dalam sebuah pembelajaran hingga akhirnya menjadi bagian dari persyaratan kelulusan bagi siswa di tingkat SMP/MTS dan SMA/MA. Standar kelulusan ini bertujuan agar lulusan SMP/MTS dan SMA/MA memiliki kemampuan bisa berpikir yang logis, lalu analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta mampu bekerja secara kolaboratif.
Glaser menyumbangkan pengertian berpikir kritis sebagai sebuah sikap yang melibatkan pemikiran mendalam terhadap masalah maupun hal-hal yang relevan dengan pengalaman yang pernah didapat oleh seseorang (Fisher, 2008: 3). Menurut Glaser, berpikir kritis juga merupakan sebuah keterampilan yang melibatkan penerapan metode pemeriksaan dan penalaran yang logis. Berhasil menguasai kemampuan berpikir kritis menjadi penting bagi siswa karena hal ini akan membuat mereka lebih ahli menyusun kata-kata, mengevaluasi kepercayaan yang dapat diberikan terhadap sumber informasi, dan membuat keputusan. Matematika merupakan salah satu alat yang efektif dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa.
Pengembangan kemampuan berpikir kritis yang meliputi aspek analitis, sistematis, logis, dan kerja sama telah menjadi fokus utama dalam pendidikan matematika di kelas selama waktu yang lama. Hal ini dikarenakan keterampilan tersebut memiliki hubungan erat dengan sifat dan karakteristik ilmu matematika. Berpikir dengan kritis dapat didefinisikan sebagai sebuah kemampuan murid untuk melakukan penarikan kesimpulan yang sesuai dengan aturan logika dan dapat membuktikan kebenaran kesimpulan tersebut berdasarkan pengetahuan yang telah diketahui sebelumnya. Berpikir kritis adalah sebuah proses berpikir yang mempunyai tujuan untuk merangkai keputusan yang rasional dengan kesadaran penuh, dengan membahas dan memilih serta mengevaluasi informasi yang ada. Proses ini dapat membuat seseorang menjadi memutuskan keputusan yang tepat.
Kemampuan berpikir kritis dapat memberi panduan yang lebih akurat dalam proses menyelesaikan masalah, mendapatkan uang, dan membantu dalam mengambil keputusan atau memilih dengan lebih tepat hubungan yang saling terkait antara berbagai hal. Oleh karena itu, kemampuan berpikir kritis sangat penting dalam mengatasi masalah dan mencari solusi. Semakin optimal pengembangan kemampuan berpikir kritis melalui penggabungan berbagai komponen seperti observasi, analisis, penalaran, penilaian, pengambilan keputusan, dan persuasi, maka semakin baik kemampuan-kemampuan ini dapat berkembang, semakin efektif dalam menghadapi berbagai masalah.
Menurut Zamroni dan Mahfudz (2009:23-29), terdapat alasan yang diungkapkan sebagai justifikasi pentingnya penguasaan siswa terhadap keterampilan berpikir kritis, yaitu Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mempengaruhi siswa dengan meningkatnya akses terhadap beragam informasi dari berbagai sumber. Untuk menghadapi tantangan ini, siswa perlu mengembangkan kemampuan memilih dan menyaring informasi yang berkualitas. Selain itu, mereka juga perlu memiliki kemampuan berpikir kritis yang memenuhi standar agar dapat berperan aktif dalam mengembangkan bidang ilmu yang diminati dan menghadapi kompleksitas kehidupan di masa depan.
Kemampuan berpikir kritis juga penting dalam membangkitkan kreativitas, karena melalui pengamatan fenomena dan masalah, individu dipacu untuk berpikir secara kreatif. Selain itu, dalam berbagai profesi seperti pengacara atau guru, kemampuan berpikir kritis menjadi faktor penentu keberhasilan. Oleh karena itu, berpikir kritis memiliki peranan penting dalam mempersiapkan individu untuk sukses dalam pekerjaan tersebut.
Dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis, Zamroni dan Mahfudz (2009:30) mengemukakan terdapat empat metode yang dapat digunakan, yaitu melalui penerapan model pembelajaran khusus, memberikan tugas untuk mengkritisi buku, menggunakan cerita sebagai sarana, dan mengadopsi model pertanyaan Socrates. Contoh penggunaan matematika dalam pengambilan keputusan meliputi era disrupsi (revolusi industri 4.0), di mana meningkatkan kemampuan berpikir kritis di dalam pembelajaran matematika sangat dibutuhkan untuk menghadapi tantangan hidup pada era tersebut.
Selain itu, pengambilan keputusan juga dapat terkait dengan fertilitas, di mana pemahaman tujuan atau Motivasi dalam memiliki anak sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang kuat yang tumbuh dalam keluarga dan masyarakat. Nilai anak ini memberikan implikasi penting dalam merencanakan jumlah anak dalam keluarga.
Selain itu, keputusan investasi juga memerlukan keterampilan berpikir kritis, baik dalam memaksimalkan kekayaan secara ekonomi maupun berdasarkan aspek psikologis investor. Dalam proses pengambilan keputusan, penghindaran risiko seperti melakukan investasi pada satu atau lebih aset dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan di masa depan juga menjadi pertimbangan yang penting.