Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Umar Fadillah

Mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Sebelas Maret

Olahraga Lari karena FOMO Berdampak Baik atau Malah Sebaliknya?

Diperbarui: 3 Desember 2024   10:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Lari menjadi populer

     Akhir-akhir ini, olahraga lari semakin populer di kalangan masyarakat dari berbagai lapisan usia, mulai dari yang muda hingga yang tua, serta dari berbagai latar belakang ekonomi, baik golongan ekonomi bawah maupun atas. 

Banyak orang yang tertarik mengikuti tren ini, tak hanya karena alasan kesehatan, tetapi juga karena fenomena FOMO (fear of missing out), di mana mereka merasa perlu ikut serta dalam tren yang sedang viral di media sosial seperti Instagram, TikTok, YouTube, dan platform lainnya. Fenomena ini menunjukkan bahwa olahraga lari telah berkembang menjadi lebih dari sekadar aktivitas fisik, melainkan juga bagian dari gaya hidup dan cara untuk berinteraksi serta berbagi pengalaman dengan orang lain.

Pelari konten

     Fenomena unik lain dalam dunia lari adalah kemunculan "pelari konten." Para pelari ini menjalani aktivitas lari bukan hanya untuk kesehatan, tetapi untuk menghasilkan konten yang dapat mereka unggah di media sosial. Pelari konten ini terbagi menjadi dua tipe, yaitu pelari konten yang bersifat edukatif dan pelari konten yang melakukannya hanya karena FOMO atau sekadar ikut-ikutan tren. 

Pelari konten yang mengedukasi biasanya berbagi tips tentang teknik lari, cara menjaga stamina, rekomendasi peralatan lari, dan manfaat kesehatan dari olahraga lari, sehingga konten mereka bisa memberikan pengetahuan yang positif bagi pengikutnya. Di sisi lain, ada juga pelari konten yang hanya berlari untuk tampil mengikuti tren di media sosial, tanpa tujuan yang jelas selain untuk "terlihat" mengikuti gaya hidup yang sedang populer.

Motivasi

    Pelari FOMO lebih terdorong untuk melakukan olahraga lari karena pengaruh faktor eksternal, seperti melihat unggahan teman atau tokoh terkenal di media sosial, atau karena adanya tren di lingkungan sekitar. 

Mereka cenderung bergerak untuk berlari bukan atas motivasi pribadi atau kesadaran akan pentingnya kesehatan, melainkan karena ingin mengikuti tren yang sedang ramai. Akibatnya, pelari FOMO umumnya kurang konsisten dalam berolahraga lari, mereka hanya melakukannya ketika olahraga lari sedang populer dan menarik perhatian, namun cenderung berhenti atau mengurangi intensitasnya begitu tren tersebut mereda.

Pengaruh terhadap psikologi

     Pelari yang sudah konsisten biasanya akan menjadikan olahraga lari menjadi hiburan atau juga menjadi penghilang permasalahan.Namun berbeda dengan FOMO , yang menyebabkan tekanan psikologis,seperti merasa tidak cukup ketika tidak berpartisipasi dalam tren lari dan outfit yang digunakan tidak sesuai dengan kalcer pelari, sehingga berpotensi timbulnya rasa kecemasan atau stres jika tidak tercapai.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline