Lihat ke Halaman Asli

Dinamika Gerakan Gender di Dunia Islam Sejarah dan Tantangan Masa Kini

Diperbarui: 15 Oktober 2024   08:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Gerakan gender dalam dunia Islam memiliki sejarah yang panjang dan kompleks, dipengaruhi oleh faktor sosial, politik, dan budaya yang berbeda di berbagai wilayah. Perjuangan untuk kesetaraan gender dalam konteks Islam sering kali terjalin dengan interpretasi agama, tradisi lokal, kolonialisme, serta modernisasi.

Sejarah Gerakan Gender dalam Islam

1. Zaman Nabi Muhammad SAW Pada awal penyebaran Islam di abad ke-7, ajaran Nabi Muhammad SAW membawa perubahan yang signifikan terhadap status perempuan. Beberapa perubahan penting meliputi:

* Hak atas pendidikan: Perempuan didorong untuk belajar, seperti halnya Aisyah, istri Nabi, yang menjadi seorang cendekiawan Islam.

*Hak properti: Islam memberi perempuan hak untuk memiliki harta, berbisnis, dan mewariskan kekayaan, yang sebelumnya terbatas dalam banyak budaya pra-Islam.

*Pernikahan dan perceraian: Perempuan mendapatkan hak dalam hubungan pernikahan, termasuk hak untuk memilih pasangan dan hak untuk bercerai.

2. Era Kekhalifahan dan Tradisi Lokal Seiring dengan ekspansi Islam di berbagai wilayah, praktik-praktik budaya lokal mulai mempengaruhi penerapan hukum-hukum gender Islam. Di beberapa tempat, perempuan tetap mengalami keterbatasan sosial, meskipun hak-hak yang dijamin dalam Al-Quran ada. Sistem patriarkal yang kuat di beberapa kawasan membuat perempuan sulit untuk sepenuhnya mengakses hak-hak tersebut.

3. Periode Kolonialisme Pada era kolonialisme (abad 19 dan awal abad 20), banyak negara mayoritas Muslim berada di bawah kekuasaan kolonial Eropa. Kolonialisme memperkenalkan pandangan Barat tentang gender, tetapi sering kali dengan cara yang memandang rendah budaya dan hukum Islam. Hal ini menimbulkan reaksi, di mana sebagian komunitas Muslim mencoba mempertahankan tradisi mereka sebagai bentuk perlawanan terhadap kolonialisme. Dalam banyak kasus, hal ini juga memperkuat struktur patriarkal.

Namun, era ini juga memunculkan tokoh-tokoh perempuan Muslim yang mengadvokasi reformasi sosial. Di Mesir, misalnya, feminis seperti Huda Sha'arawi mulai memperjuangkan hak-hak perempuan, termasuk hak untuk bekerja, pendidikan, dan hak memilih.

4. Masa Kemerdekaan dan Modernisasi Setelah negara-negara Muslim merdeka dari penjajahan di pertengahan abad ke-20, banyak pemimpin nasionalis menggunakan retorika modernisasi dan pembangunan untuk memperkenalkan perubahan terhadap hak-hak perempuan. Di beberapa negara, seperti Mesir dan Tunisia, perempuan mulai mendapatkan lebih banyak kebebasan, termasuk hak memilih dan berpartisipasi dalam politik. Namun, modernisasi ini juga menciptakan ketegangan antara tradisi agama dan perubahan sosial.

Tantangan Gerakan Gender di Dunia Islam Saat Ini

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline