Lihat ke Halaman Asli

Muhammad TajudinTholabi

Mahasiswa Pendidikan Matematika UINSA

Kurikulum Merdeka Hanya Ganti Istilah ?

Diperbarui: 3 Juni 2024   16:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Kurikulum Merdeka seringkali dikritik di media sosial "hanya ganti istilah". Misalnya KI (Kompetensi Inti)  di ganti CP (Capaian Pembelajaran), KD (Kompetisi Dasar) diganti TP (Tujuan Pembelajaran), Silabus diganti Alur Tujuan Pembelajaran. Namun, jika kita membaca atau buku panduan Kurikulum Merdeka atau naskah akademik, jelas bahwa inti/pokok dari Kurikulum Merdeka berbeda dengan kurikulum sebelumnya.

Dengan adanya capaian pembelajaran yang dicapai per fase, materi pembelajaran menjadi lebih sesuai dengan kebutuhan murid. Sebelumnya, siswa sering merasa terbebani dengan banyaknya materi, dan guru merasa tertekan untuk menyelesaikan semua materi. Akibatnya, pembelajaran cenderung berulang-ulang seperti : guru mengajar, memberi tugas, dan mengulanginya. Meski sebenarnya bisa diatasi dengan pembaruan antar mata pelajaran, karena tidak diatur di kurikulum membuat banyak guru merasa harus menyelesaikan semua materi, sehingga murid yang tertinggal semakin ketinggalan.

Dengan capaian pembelajaran per fase yang lebih panjang dari satu semester atau satu tahun, murid yang tertinggal dapat dibantu dalam fase yang sama. Selain itu, dengan kemerdekaan guru dalam merancang tujuan pembelajaran, mereka dapat lebih fleksibel dalam menentukan waktu untuk setiap tujuan, memungkinkan pembelajaran yang lebih mendalam. Guru dapat memulai pembelajaran dengan penilaian awal untuk memetakan kesiapan dan kebutuhan murid, lalu merancang pembelajaran yang memberi keleluasaan pada siswa untuk meningkatkan potensi dirinya sesuai dengan kesiapan belajar, minat, dan profil belajar siswa tersebut.


Selama proses pembelajaran, bagian penilaian formatif selalu ada untuk mengetahui ketercapaian kompetensi murid dan memberikan umpan balik yang terus menerus. Baru pada akhir fase dilakukan penilaian sumatif, sehingga pembelajaran lebih mendalam dan berkualitas, tanpa terburu-buru.

Perubahan ini mungkin tampak kecil, namun dampaknya besar bagi murid. Pendidikan karakter yang dalam Kurikulum 2013 menjadi bagian terpisah, dalam Kurikulum Merdeka diintegrasikan dalam proyek profil pelajar Pancasila, yang tidak hanya fokus pada nilai-nilai karakter, tetapi juga pada pengembangan keterampilan abad 21 yang relevan dengan kebutuhan masa depan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline