Era berubah begitu cepat. Dahulu, kehadiran caraka begitu ditunggu demi sebuah pesan lisan atau informasi tertulis. Seiring dengan kemajuan teknologi informasi, peran caraka pelan-pelan sudah dilupakan. Era pun berganti sangat cepat. Data maupun informasi berbentuk image, video atau tulisan dapat dikirim melalui “angin.”
“Angin” adalah sebutan kalangan grass root untuk internet. Dalam persepsi mereka, “angin” lah yang menghantar gambar, video atau tulisan hingga sampai ketangan mereka. Hal itu senada dengan pesan dalam lagu Gayo berjudul Kuyu yang dipopulerkan Kandar SA. Si pengarang lagu, Moersyid Sabdin menamsilkan bahwa angin akan menyampaikan bisikan hatinya kepada sang anak di perantauan.
Kuyu…i sawah ngko sisungku | Ari isi natengku | Ken owen bayakku
(Angin....sampaikan bisikanku | Dari lubuk hatiku | Untuk buah hatiku).
Dahulu, mengharap “angin” menyampaikan sebuah pesan dianggap sebagai “mimpi.” Memasuki abad ke-21, mengirim pesan secepat angin bukan lagi “mimpi,” tetapi sebuah kenyataan. Bukan hanya pesan tertulis, gambar dan video dapat dikirim melebihi kecepatan angin, tergantung kekuatan sinyal internet disana.
Dan, gegara “angin” pula, para penyuluh di Kabupaten Aceh Tengah dapat melihat dan berinteraktif terhadap aktifitas kepenyuluhan rekan-rekannya. Sebab, penyuluh dari ujung barat Kabupaten Aceh Tengah dapat mengetahui aktifitas terkini rekannya yang bertugas diujung timur, utara dan selatan daerah itu. Pendeknya, semua penyuluh yang bertugas di 15 BPP dapat menyaksikan aktifitas kepenyuluhan rekan-rekannya.
Bermula dari sebuah “curhatan” seorang penyuluh tentang keterbatasan biaya untuk mengantar laporan bulanan ke ibukota kabupaten. Umumnya, para penyuluh bertugas di lapangan bersama para petani, jauh dari ibukota. Terkadang jarak tempat tugasnya mencapai puluhan kilometer dari ibukota sehingga dibutuhkan biaya transportasi yang cukup besar.
“Kami tidak disediakan dana transportasi,” keluh mereka pada waktu itu.
Beruntung, coverage area Telkomsel sudah menjangkau 90% lebih wilayah Kabupaten Aceh Tengah. Ini sebuah kekuatan. Sebab, potensi itu bisa dimanfaatkan untuk berbagi informasi aktifitas kepenyuluhan, baik melalui saluran telepon, SMS, maupun “angin” alias jaringan internet.
Sayang, jaringan internet di wilayah pinggiran Kabupaten Aceh Tengah belum seluruhnya 3G, sebaliknya sinyal E yang sering muncul dilayar gadget. Tentu sungguh tidak mungkin mengupload gambar dan video dengan kondisi sinyal seperti itu, paling-paling mengirim data berbentuk laporan tertulis. Itupun sudah cukup, yang penting aktifitas kepenyuluhan diberbagai desa dapat diketahui oleh para penyuluh di pelosok desa yang lain.
Oleh karena itu, bertepatan dengan tanggal 12 Desember 2013 sekira pukul 11.05 WIB, para penyuluh sepakat untuk membuat grup Forum Penyuluh Aceh Tengah di Facebook. Forum ini dimaksudkan sebagai wahana komunikasi antar para penyuluh, sebagai media penyampai informasi kegiatan, termasuk laporan kegiatan dan pengumuman.