Keterangan foto: ilustrasi kopi kental bercitarasa keras [foto: dokpri]
Sudah dua hari tidak beranjak dari depan televisi, menyaksikan “sinetron” penting yang sedang digelar dari Senayan. “Sinetron” ini mengalahkan semua informasi lain. Mata pemirsa di warung kopi tidak beranjak dari layar televisi yang menyiarkan “sinetron” ini. Meskipun “sinetron” ini baru berakhir menjelang dini hari, orang masih betah duduk dan minta tambah kopi.
“Sinetron” yang saya beri judul “Koppi-G,” nyaris mengalahkan sinetron produk Turki. Padahal, kisahnya biasa, lazim terjadi dalam kehidupan sehari. Ada tiga orang dewasa bertemu di hotel berbintang lima, sebuah hotel terbilang mewah di Jakarta. Disana mereka ngobrol ngalor-ngidul sambil tertawa.
Apa yang mereka tertawakan? Siapapun tidak pernah tahu, lantaran pertemuan tiga orang dewasa adalah sesuatu yang lumrah. Seperti sekelompok anak muda nongkrong disebuah cafe. Dan, tidak ada orang yang ingin mengetahui pembicaraan mereka. Paling-paling ketiga orang itu sedang bernostalgia, membahas cucunya yang lucu.
Setelah mendengar rekaman pembicaraan mereka yang disiarkan televisi, ternyata inti obrolan mereka terkait dengan kunci kotak pandora republik ini. Segala sesuatu yang selama ini dianggap isapan jempol, dalam obrolan itu semuanya terungkap.
Mereka membicarakan tentang peran dan perilaku orang-orang penting di negeri ini. Membicarakan bisnis mereka yang sudah “berdarah-darah.” Dan menyebut seseorang dengan istilah koppig, makin dikerasi makin bertahan.
Istilah koppig makin ngetop, bukan hanya dimedia sosial, dikalangan para pemirsa televisi, kata koppig terasa sudah sangat familier. Malah, dikalangan para pengopi, koppig dijadikan istilah untuk kopi hitam kental. Pagi tadi, saat sarapan pagi disebuah warung kopi, saya sempat kaget ketika seorang memesan KOPPIG.
“Koppig satu, gulanya dipisah,” kata Anto, lelaki paruh baya itu, lalu dia duduk didepan saya.
“Koppig itu minuman apa?” tanya saya heran.
“Kopi kental, double shot, supaya rasanya keras,” jawab Anto santai.
“Si barista itu tahu artinya?” tanya saya.