[caption id="attachment_281494" align="aligncenter" width="576" caption="Outle Mr Piyoh di Peunayong Banda Aceh (Foto: Hijrah Saputra)"][/caption] Siapa yang tidak kenal anak Sabang-Aceh sekaligus kompasianer bernama Hijrah Saputra (29), pemuda kreatif yang lebih memilih dunia entrepreneur daripada melamar jadi pegawai negeri. Pilihan ini bermula dari hobinya mengutak-atik program Corel Draw yang menghasilkan banyak poster. Tampilan poster hasil karya Hijrah, ternyata menarik perhatian dosennya di Universitas Brawijaya (Unibraw) Malang. Atas dasar itu, Hijrah kemudian sering diminta dosennya untuk membantu menyiapkan desain poster jika ada presentasi. Hobi mengutak-atik Corel Draw pada akhirnya benar-benar mengubah jalan hidup sarjana planologi dari Unibraw lulusan 2007 itu. Orang tuanya mengharapkan Hijrah bekerja sebagai pegawai negeri, sebaliknya anak muda kreatif ini lebih memilih menjadi desainer kaos. Tentu saja, usaha desain dan produk kaos yang sudah dirintis itu belum mendapat dukungan penuh dari orang tuanya. “Dukungan mereka belum penuh, masih setengah-setengah,” ungkap Hijrah Saputra di Sabang, Kamis (26/9/2013), ketika diwawancarai via ponsel. [caption id="attachment_281495" align="alignright" width="300" caption="Outlet Mr Piyoh di Ulee Kareng, Banda Aceh (Foto: Hijrah Saputra)"]
[/caption] Namanya anak muda, tentu sangat menyukai tantangan. Lelaki yang pernah menjadi duta wisata Kota Sabang itu tetap melanjutkan hobinya memproduksi kaos dan merchandise dengan desain khas Aceh. Ditengah sikap pesimis sejumlah pegiat dunia wisata terhadap tekad anak muda peraih juara II wirausaha muda mandiri 2012 se-Wilayah I (Aceh, Sumut, Kepri dan Riau) itu, dia malah mendirikan Mr Piyoh yang menaungi bisnisnya pada tahun 2008. Pangsa pasar kaos dan merchandise produk Mr Piyoh tidak muluk-muluk, hanya untuk wisatawan yang berkunjung ke Sabang. Motivasinya juga sangat sederhana: Hijrah ingin mempromosikan Sabang sebagai obyek wisata dengan motto “Berbagi Aceh Dimana Aja.” Dia meyakini, desain kaos maupun merchandise yang bertuliskan tentang Aceh menjadi media promosi pariwisata yang sangat efektif. Salah satu desain kaos yang sifatnya mengajak, diantaranya berbunyi: Ke Aceh Wajib Ngopi. Dimana ada kemauan disitu pasti ada jalan. Hijrah telah membuktikannya. Produk Mr Piyoh mulai dilirik warga, dan dicari para wisatawan yang berkunjung ke Provinsi Aceh. Tiada pilihan lain, Hijrah kemudian memberanikan diri melebarkan sayap dengan membuka beberapa outlet di Banda Aceh yaitu di Ulee Kareng dan Peunayong. Omsetnya juga tidak main-main, mencapai puluhan juta rupiah per bulan. Melihat kegigihan Hijrah dalam mengembangkan usaha souvenir itu, akhirnya kedua orang tua dan keluarga memberikan dukungan penuh. “Kini Mr Piyoh sudah menjadi usaha keluarga yang mempekerjakan 14 orang karyawan. Karena itu saya mulai berani terima order dari Medan, Jakarta, Bandung, Surabaya dan Malaysia,” ungkap Hijrah. Kenapa Hijrah memberi nama Mr Piyoh sebagai merek usahanya? Menurut peraih juara III nasional Entrepreneur Writing Contest yang diselenggarakan Es Teler 77 itu, Piyoh dalam bahasa Aceh berarti mampir. Filosofi usaha itu sesungguhnya ingin mengajak wisatawan dari seluruh dunia mampir ke Aceh. Setibanya di Aceh, Mr Piyoh mempersilahkan mereka mampir ke outletnya sekedar beristirahat sambil melihat-lihat souvenir yang dipajang disana. Hanya itu. [caption id="attachment_281496" align="alignright" width="300" caption="Ruang pajang Mr Piyoh milik entrepreneur muda Hijrah Saputra (Foto: Hijrah Saputra)"]
[/caption] Hijrah mengungkapkan bahwa kaos produk Mr Piyoh bekualitas baik karena berbahan combat, kainnya lembut. Dia berusaha menyediakan kaos kualitas terbaik tetapi dengan harga terjangkau. Selain kaos, outlet Mr Piyoh juga menyediakan produk seperti gantungan kunci, pin, stiker, mug dan kartu pos. “Harga kaos berkisar antara Rp. 75 ribu sampai Rp. 95 ribu per potong, kalau gantungan kunci antara Rp. 5 ribu sampai Rp. 10 ribu per buah,” tambahnya. Apapun kata orang, betapapun dia dipandang sebelah mata, yang jelas ketenaran Hijrah Saputra tak terhentikan. Dengan usaha kaos dan merchandise dibawah payung Mr Piyoh makin melambungkan namanya. Hijrah malah berhasil menjadikan Piyoh sebagai ikon brand bagi Kota Sabang. Tidak mengherankan jika desain dan karyanya banyak ditiru oleh orang lain, tetapi Hijrah melihatnya sebagai sebuah kebangkitan pasar souvenir. “Cita-cita saya ingin mengangkat pariwisata melalui desain, sudah pasti akan muncul Piyoh-piyoh lain di setiap daerah,” pungkas Hijrah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H