Lihat ke Halaman Asli

Syukri Muhammad Syukri

TERVERIFIKASI

Menulis untuk berbagi

Fahira Fahmi Idris, Magnet Baru di Kancah Politik Nasional

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1399736371117129291

[caption id="attachment_323293" align="aligncenter" width="598" caption="Ilustrasi (Foto: Ist/Fahira Fahmi Idris)"][/caption]



Meraih simpati warga DKI Jakarta bukan pekerjaan mudah. Lebih-lebih untuk “menambang” suara dari warga Jakarta yang terpelajar dan cukup heterogen, “ngeri-ngeri sedap” (meminjam istilah Sutan Bhatoegana). Tak mengherankan jika sejumlah politisi harus terhenti langkahnya ketika “adu nyali” di ibukota Republik Indonesia itu.

Wajar jika mereka yang pernah gagal di Jakarta sependapat dengan bunyi sebuah pameo, “sekejam-kejamnya ibu tiri, lebih kejam ibukota.” Sebaliknya bagi Fahira Fahmi Idris. Baginya, Jakarta tidak sekejam sebagaimana yang digambarkan oleh si pembuat pameo itu. Perempuan anggun ini telah membuktikannya dalam Pemilu 2014 lalu.

Dengan modal kepedulian dan keberanian, perempuan berdarah Minang dan Banjar itu berhasil menjadi senator dari daerah pemilihan DKI Jakarta. Perolehan suaranya sangat siginifikan, mencapai 511.325 (12,62%). Posisinya berada diatas perolehan suara politisi kondang, AM Fatwa yang berhasil meraih posisi kedua dengan jumlah suara 475.601.

Terlepas dari setuju atau tidak setuju, saya meyakini kancah politik Indonesia makin dinamis setelah bertambahnya seorang lagi “perempuan pemberani” disana. Malah, jika Fahira Fahmi Idris konsisten mempertahankan kepedulian dan keberanian dalam berbagai gerakan yang telah dirintisnya, bukan mustahil karir politiknya terus menanjak.

Kehadiran Fahira Fahmi Idris ibarat setitik embun ditengah “krisis” pemimpin yang peduli dan berani. Sosok ikhlas, peduli dan pemberani sangat dirindukan rakyat. Sosok seperti ini yang sudah jarang ditemukan dewasa ini. Pada akhirnya, banyak tokoh yang dimunculkan secara “karbitan.” Dibentuk opini oleh media dengan skenario dari sebuah sindikasi bahwa sosok itu peduli.

Berbeda dengan Fahira Fami Idris, trah politik sudah tertanam dalam jiwa pengusaha parsel ini. “Darah” politik mengalir dari ayahnya, Fahmi Idris. “Darah” politik ditambah nilai-nilai religi yang ditanamkan oleh kakeknya, KH Hasan Basri, membuat sosok perempuan ini bagai magnet ditengah butiran pasir politik nasional.

Politik adalah bekerja melayani rakyat. Bagi perempuan kelahiran 20 Maret 1968 ini, bekerja untuk rakyat bukanlah barang baru. Tahun 1982, ketika masih usia belia, Fahira Fahmi Idris bersama teman-temannya sudah terjun langsung membantu korban bencana Gunung Galunggung Jawa Barat. Dan, hampir setiap lokasi bencana mesti ada jejak Fahira Fahmi Idris disana.

Hanya saja, jejak-jejak Fahira Fahmi Idris dan teman-temannya di lokasi bencana maupun gerakan sosial lainnya jarang di-blow up media massa. Berbeda dengan tokoh-tokoh tertentu di Jakarta, urusan marah-marah, gebrak meja, meninjau parit, jalan-jalan ke pasar, semuanya diliput media mainstream. Heran, tetapi itulah faktanya.

Meskipun tidak dipublikasikan media mainstream, Fahira Fahmi Idris dikenal luas di Twitter dengan akun @fahiraidris. Kehadirannya di media sosial itu telah menarik perhatian banyak pihak terkait twit-twitnya yang merespon cepat berbagai persoalan sosial. Sangat wajar jika kemudian seorang ibu rumah tangga merangkap pengusaha parsel ini berhasil meraup 511.325 suara dalam Pemilu 2014 lalu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline