Lihat ke Halaman Asli

Syukri Muhammad Syukri

TERVERIFIKASI

Menulis untuk berbagi

Ini Cara Menghalau Hama Babi Hutan

Diperbarui: 4 April 2017   17:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14210813571725372023

[caption id="attachment_364227" align="aligncenter" width="406" caption="Ilustrasi (Foto: kompasdotcom)"][/caption]

Babi hutan (Sus scrofa) merupakan salah satu hama yang cukup merepotkan petani. Hewan yang hidup di semak dan hutan ini, sering menyatroni ladang petani dimalam hari. Tanaman umbi-umbian dan berbagai tanaman palawija lainnya menjadi sasaran serangan babi hutan. Akibatnya, para petani sering mengalami gagal panen.

Daripada gagal panen, petani cenderung memilih menanami ladangnya dengan tanaman keras. Banyak petani yang mengaku “kalah” menghadapi serangan babi hutan. Padahal, tanaman muda dan palawija adalah sumber penghasilan penting yang dapat menyokong ekonomi harian mereka.

Supaya tidak dikatakan “kalah” menghadapi hama ini, sejumlah petani membentuk kelompok pemburu babi hutan. Mereka memberi nama kelompok itu dengan singkatan PBB, persatuan buru babi. Peralatan yang digunakan cukup sederhana, seperti aneka benda tajam, antara lain tombak dan parang, ditambah anjing pemburu.

Biasanya, anggota PBB di Aceh Tengah melalukan perburuan babi hutan sebulan sekali. Mereka memilih Minggu pertama sebagai hari berburu. Sebenarnya, berburu bukan pekerjaan mudah. Mereka harus naik dan turun gunung, masuk hutan keluar hutan. Pekerjaan yang cukup melelahkan. Tidak jarang, para pemburu gagal melumpuhkan babi hutan, malah diserang balik oleh binatang buruannya.

Beberapa petani akhirnya jenuh memburu babi hutan dengan cara itu. Kemudian, mereka lebih memilih memasang jerat atau racun. Namun, cara mudah itu kurang efektif karena babi hutan seperti mengetahui adanya racun dan jerat. Hama yang sering bergerombol itu sering luput dari jerat atau racun. Alhasil, tanaman para petani tetap hancur diobrak-abrik si babi hutan.

Minggu pagi (12/1/2014), saya bertemu dengan seorang petani bernama Pak Iko (68). Dia sedang bersiap-siap menjual puluhan kilogram singkong ke Pasar Petani Paya Ilang, Takengon. Saya tahu bahwa ladang Pak Iko berada di Merie Satu Kabupaten Bener Meriah yang dikenal sebagai kawasan paling banyak hama babi. Pertanyaannya, kenapa Pak Iko bisa panen singkong disana?

Berulang-ulang dia mengatakan bahwa singkong itu hasil panen dari ladangnya yang berada di Merie Satu. Saya sampai terlanjur menuduh Pak Iko mengamalkan ajian tertentu sehingga babi hutan tidak berani merusak tanaman singkongnya. Pak Iko tetap bersikeras bahwa dia tidak menggunakan ajian apapun.

Setelah didesak, akhirnya Pak Iko menceritakan kiatnya mengatasi hama babi hutan. Kiatnya sederhana, murah dan mudah. Beli terasi karungan sebanyak 1 kg dan kapur barus satu plastik kecil. Tumbuk kapur barus itu sampai menjadi tepung. Aduk bubuk kapur barus itu dengan terasi sampai menyatu.

Setelah kedua unsur itu menyatu, bulatkan sebesar bola ping pong. Bulatan-bulatan itu dibungkus dengan kain hitam [harus kain hitam, tidak boleh kain berwarna terang]. Kemudian, adonan yang sudah dibungkus kain hitam itu digantung dengan tali rapia hitam di ladang.

Tinggi gantungan itu setara mulut babi hutan [sekitar 30 cm dari permukaan tanah]. Utamakan diletakkan di jalur lintasan babi hutan. Aroma kapur barus plus terasi itu akan mengurungkan niat babi hutan masuk ke ladang kita. Apalagi pada musim hujan, baunya makin menyengat, kata Pak Iko.

Kenapa? Saya juga tidak tahu, kata Pak Iko. Barangkali karena bau kedua unsur itu sangat mengganggu saraf penciuman babi hutan. Atau, kata Pak Iko, bau kapur barus tambah terasi mirip bau harimau sehingga membuat babi menghindar dari lokasi itu. Yang jelas, Pak Iko hanya melanjutkan tradisi menghalau babi yang dipraktekkan oleh orang tuanya.

Ingin mencoba? Silahkan ikuti cara Pak Iko menghalau babi. Mudah, murah dan efektif. Selamat mencoba!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline