Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Syaifullah

Mahasiswa Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Jambi

Perlunya Reformasi dari Struktur Organisasi PBB yang Kaku akibat Konflik Israel-Palestina

Diperbarui: 16 Mei 2024   18:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rapat Dewan PBB Mengenai Konflik Israel-Palestina (foto : kemenlu.go.id)

Konflik Israel-Palestina sampai sekarang masih belum menemukan titik terang yang pasti. Banyaknya korban tewas dari warga palestina yang semakin meningkat. Israel dengan adanya dukungan dari Amerika semakin yakin untuk melakukan serangan ke Palestina untuk mengambil wilayah. Kondisi ini diperkuat dengan pernyataan Amerika dan Israel yang tidak ingin melakukan gencatan senjata. Bisa kita  bayangkan setiap harinya akan ada ratusan korban jiwa yan tewas di Gaza akibat tidak adanya dorongan untuk sekedar gencatan senjata, apalagi untuk berdamai.

PBB, sebagai lembaga dunia yang bertujuan menjaga perdamaian dan keamanan global, seharusnya bersikap obyektif dan menegakkan hukum internasional secara adil. Akan tetapi, didalam kenyataannya terhadap konflik Palestina dan Israel, PBB selalu mendapatkan kritik pedas karena selalu gagal dalam melindungi hak asasi manusia yang dimiliki rakyat Palestina, tindakan nyata untuk menghentikan pelanggaran tersebut belum sama sekali terlihat. Situasi ini berpandangan bahwa pada kesimpulannya PBB gagal menerapkan standar yang sama bagi semua negara anggotanya.

Peninjauan kembali struktur organisasi PBB yang kaku terhadap konflik Israel-Palestina adalah langkah yang diperlukan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam menangani konflik ini. Konflik yang telah berlangsung lama dan sulit ini memerlukan pendekatan yang lebih inovatif dan melibatkan semua orang yang berkaitan untuk mencari solusi yang adil dan berkelanjutan.

Struktur organisasi yang kaku dapat menghambat kemampuan PBB untuk beradaptasi dengan perubahan dinamika konflik dan menghambat kemampuan untuk berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait. Oleh karena itu, perlunya peninjauan kembali struktur organisasi PBB yang kaku terhadap konflik Israel-Palestina dapat dipahami sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan PBB dalam menangani konflik ini.

Kelemahan Struktur Organisasi PBB

  • Hak Veto di Dewan Keamanan : Lima negara anggota tetap Dewan Keamanan (Amerika Serikat, Rusia, Cina, Prancis, dan Inggris) memiliki hak veto, yang sering digunakan untuk menghalangi resolusi yang tidak sesuai dengan kepentingan mereka. Amerika Serikat merupakan negara yang sering menggunakan hak veto untuk melindungi kepentingan Israel, sementara negara lain mungkin memveto langkah-langkah yang tidak menguntungkan sekutunya. Ini mengakibatkan kebuntuan dalam pengambilan keputusan yang genting untuk resolusi konflik.
  • Kurangnya Perwakilan yang Setara: Struktur PBB saat ini tidak sepenuhnya mencerminkan dinamika politik global yang berubah. Banyak negara berkembang dan negara-negara dari kawasan yang terlibat dalam konflik merasa kurang terwakili. Kesenjangan representasi ini mengakibatkan kurangnya kepercayaan terhadap PBB sebagai mediator yang netral dan adil.
  • Birokrasi yang Lambat : Proses birokrasi di PBB terkenal lambat dan rumit. Untuk merespon situasi yang berkembang cepat seperti konflik bersenjata, dibutuhkan struktur yang lebih fleksibel dan responsif.

Perlunya Reformasi atau Peninjauan Kembali 

  • Reformasi Struktur : PBB dapat melakukan reformasi struktur organisasi untuk memastikan bahwa struktur tersebut lebih fleksibel dan dapat beradaptasi dengan perubahan dinamika konflik. Hal ini dapat dilakukan dengan mengintegrasikan lebih banyak unsur yang terkait dengan konflik, seperti organisasi non-pemerintahan dan masyarakat sipil, ke dalam struktur organisasi PBB.
  • Reformasi Hak Veto : Mempertimbangkan pembatasan penggunaan hak veto dalam kasus-kasus tertentu, terutama dalam situasi yang melibatkan pelanggaran hak asasi manusia atau konflik berkepanjangan. Ini dapat membantu mengurangi kebuntuan Dewan Keamanan dan memungkinkan tindakan yang lebih tegas dan cepat.
  • Peningkatan Representasi : Menambah jumlah anggota tetap Dewan Keamanan atau memberikan peran yang lebih besar kepada negara-negara dari kawasan yang terlibat konflik dapat menciptakan dinamika yang lebih mengikutsertakan dan mewakili. Ini akan meningkatkan penerimaan dan pengakuan kembali PBB di mata komunitas internasional.
  • Penyederhanaan Birokrasi : Mengurangi birokrasi yang berlebihan dan mempercepat proses pengambilan keputusan serta pelaksanaan resolusi. PBB perlu mengembangkan mekanisme yang lebih efisien untuk merespons krisis dan konflik Israel-Palestina.
  • Pendekatan Keamanan Berlapis : Mengadopsi pendekatan keamanan berlapis yang melibatkan berbagai badan PBB dan organisasi regional untuk bekerja bersama dalam menangani aspek-aspek berbeda dari konflik, seperti kemanusiaan, politik, dan keamanan. Pendekatan ini dapat memastikan respon yang lebih lengkap, luas dan jelas.
  • Koordinasi yang Lebih Baik : PBB dapat meningkatkan koordinasi dengan pihak-pihak terkait, seperti organisasi internasional lainnya, organisasi non-pemerintahan, dan pemerintah setempat, untuk meningkatkan efektivitas dalam menangani konflik. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan komunikasi dan kerja sama antara pihak-pihak terkait.
  • Pengembangan Strategi yang Lebih Inovatif : PBB dapat mengembangkan strategi yang lebih inovatif untuk menangani konflik, seperti menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan koordinasi dan komunikasi, atau menggunakan pendekatan yang lebih mengajak para pihak yang berkaitan dalam proses penyelesaian konflik.

Dengan demikian, peninjauan kembali struktur organisasi PBB yang kaku terhadap konflik Israel-Palestina dapat membantu meningkatkan kemampuan PBB dalam menangani konflik ini dan mencari solusi yang adil dan berkelanjutan. Struktur organisasi PBB yang kaku memang memerlukan peninjauan kembali untuk meningkatkan efektivitas dalam menangani konflik Israel-Palestina.

Reformasi yang tepat dapat membantu menciptakan lingkungan yang lebih kondusif untuk dialog dan perdamaian. Meskipun proses reformasi ini tidak mudah dan memerlukan kesepakatan dari berbagai negara anggota, namun langkah ini penting untuk memperkuat peran PBB dalam menjaga perdamaian dan keamanan dunia.

Peninjauan kembali struktur organisasi PBB juga bukanlah tugas yang mudah dan memerlukan kesepakatan bersama dari banyak negara anggota. Namun, reformasi ini dianggap penting oleh banyak pihak untuk memastikan bahwa PBB bisa berfungsi lebih efektif sebagai mediator dan fasilitator dalam menyelesaikan konflik Israel-Palestina, serta dalam menangani tantangan global lainnya.

Penulis : Muhammad Syaifullah & Budi Ardianto, S. H., M. H.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline