Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Syahrul M.

Mahasiswa STP Trisakti Prodi S1 Hospitality dan Tourism, Penerima Beasiswa KEMDIKBUD Angkatan Tahun 2018

Childfree, Bukan Pilihan Sembarang

Diperbarui: 5 September 2021   22:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: Ilustrasi Childfree (sumber: Shutterstock) 

Belakangan ini, istilah childfree kerap jadi perbincangan di media sosial Indonesia. Beberapa influencer juga kerap membahas dalam akun sosial medianya. Childfree dapat diartikan sebagai pilihan untuk hidup tanpa memiliki anak setelah menikah. Childfree atau putusan untuk tidak memiliki anak merupakan pilihan hidup. Pola pikir mengenai hal itupun  terbentuk dari pergaulan dan kondisi yang dialami seseorang.

Istilah childfree mungkin masih asing di Indonesia. Namun, di negara-negara maju istilah ini bukan menjadi hal yang asing terdengar. Ada beberapa faktor utama kenapa banyak sekali pasangan yang memilih untuk childfree tersebut antara lain masalah personal, finansial, latar belakang keluarga, kekhawatiran akan tumbuh kembang anak, isu atau permasalahan lingkungan, hingga alasan terkait emosional atau maternal 'instinct'.

Tentunya ada beberapa dampak dari memilih childfree ini, dari sisi biologis, kebanyakan para wanita yang mengidap tumor dan kanter rahim, adalah mereka yang tidak memiliki anak atau yang memiliki hanya satu orang anak. Namun, inilah bukanlah pilihan tapi sudah menjadi cobaan bagi mereka yang mengidap penyakit.

Mengutip laman Cancer.org, kanker rahim dapat menyerang wanita tanpa memandang usia, namun lebih sering menyerang mereka yang tidak pernah memiliki anak, atau mereka yang memiliki anak pertama setelah usia 35 tahun. Tumor dan kanker payudara cenderung banyak menyerang wanita yang tidak menyusui.

Mengutip laman Cancer Center, wanita yang belum memiliki anak, atau yang memiliki anak pertama setelah usia 30 tahun, mungkin memiliki peluang sedikit lebih tinggi terkena kanker payudara. Itu karena jaringan payudara terpapar lebih banyak estrogen untuk jangka waktu yang lebih lama.

Selain itu, ada juga kista endrometrosis, di mana sekitar 30-50 persen wanita yang mengalami endometriosis biasanya juga mengalami gangguan kesuburan atau infertilitas. Meski endometriosis dapat mengganggu kesuburan, ada beberapa solusi yang mungkin bisa dijalani pasien agar bisa hamil, tergantung pada usia dan tingkat keparahan endometriosisnya.

Menurut pandangan saya, jika  childfree ini menjadi tren diwaktu-waktu mendatang maka memilih untuk childfree ini tidak bisa sembarang ditentukan oleh diri sendiri saja, karena hidup berkeluarga juga harus berunding bagaimana pendapat dengan yang lainnya, dan memberikan alasan yang logis. Memilih atau tidaknya maka harus menjadi keputusan yang bisa dijalani dengan baik dan tidak menyesali keputusan yang dibuat.

Mohon maaf jika terdapat kesalahan kata dalam menulis, terima kasih

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline