Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Sultan

Biasakan menulis

Vaksinasi Covid-19 di Pedesaan, Gagal?

Diperbarui: 30 April 2021   19:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Tepatnya hari Senin, 19 April 2021 pukul 19.40 WITA penulis berkomunikasi dengan orangtua melalui sambungan telepon. Beliau menetap di salah satu kampung di Sulawesi Selatan bagian Selatan. Sebuah kampung yang letaknya sekitar 204 kilo meter dari Kota Makassar. Alhamdulillah, kabar keduanya sehat. Beliau tetap bersyukur dan menikmati kehidupannya di kampung. Bahkan, beliau tidak bersedia meninggalkan kampung halaman karena banyak kenangan yang sulit dilupakannya.

Beliau pun menanyakan kabar kami di Samarinda (Ibukota Provinsi Kalimantan Timur, sebuah kota tetangga Calon Ibu Kota Negara RI yang baru). Alhamdulillah, kami pun semuanya sehat. Saya lalu menceritakan bahwa hari Senin, 12/4/2021 sekitar pukul 10.15 WITA waktu Samarinda, saya telah divaksinasi Covid-19 pertama di kampus tempat mengabdi. Tiba-tiba beliau diam dan tidak merespon. Tidak seperti biasanya. Pikiran saya berkecamuk dan bertanya-tanya. Apakah ada yang salah dengan vaksinasi?.

Diamnya beliau karena menyayangkan sikap saya menerima vaksinasi. Sambil bertanya apakah vaksin itu sama dengan pasien? Rupanya, beliau tidak percaya vaksin yang disuntikkan tidak sebaik yang diberikan ke Presiden Joko Widodo pada tanggal 13 dan 27 Januari 2021. Takut vaksin yang disuntikkan telah kadaluarsa. Bahkan, khawatir akan terjadi hal aneh sehingga masuk rumah sakit. Bukan tanpa alasan beliau khawatir, beberapa hari sebelumnya tersebar berita adanya salah satu petugas kesehatan yang divaksin lalu pingsan. 

Perkataannya membuat saya terdiam dan lemas tapi dalam hati berkata maafkan anakmu. Sejak kemunculan Covid-19 hingga ditemukannya vaksinasi sebagai sebuah harapan baru menghentikan ganasnya Covid-19, selama itu pula hanyut menyadarkan orang lain tentang pentingnya mencegah Covid-19 dan vaksinasi sehingga lupa bahwa masih banyak kerabat yang miskin informasi vaksinasi. Terbukti, orangtua di kampung pun luput dari informasi mengenai vaksinasi secara lengkap.

Setelah suasana tenang dan terkendali, saya lalu menjelaskan Covid-19 dan vaksinasi. Membutuhkan waktu 57 menit dari 72 menit lamanya mengobrol dengan beliau untuk menjelaskan secara detail tentang vaksinasi. Perlu kesabaran dan cukup ilmu tentang Covid-19 dan vaksinasi untuk menjelaskannya dengan lengkap. Nyatanya, tidak cukup dengan itu saja. Masih dibutuhkan lagi kelihaian memainkan kata-kata yang mudah dipahami. Berbekal pengetahuan cukup tentang Covid-19 dan vaksinasi, akhirnya beliau paham dan bersedia mengikuti vaksinasi jika sudah jadwalnya memperoleh vaksinasi.  

Sekarang sedang berlangsung vaksinasi Covid-19 terhadap petugas pelayanan publik dan lansia setelah petugas kesehatan di seluruh daerah di Indonesia. Tidak lama lagi akan disusul vaksinasi terhadap masyarakat umum. Kesalahpahaman masyarakat tentang Covid-19 dan vaksinasi dapat menghambat tercapainya kekebalan komunitas (herd immunity). Mungkinkah situasi demikian dapat dikendalikan?  

Kurangnya pengetahuan dan kemauan warga menerima vaksinasi Covid-19 di pedesaan dapat disebabkan berbagai faktor, salah satunya ketakutan yang berlebihan tentang vaksinasi Covid-19. Ketakutannya semakin menjadi akibat hoaks yang begitu cepat sampai ke pelosok pedesaan. Ketidaktahuan dan kurang lengkapnya informasi vaksinasi menjadi sumber ketakutan masyarakat di pedesaan. Bahayanya, ketakutan yang berlebihan tentang vaksinasi Covid-19 berpotensi terjadinya penolakan massal vaksinasi. Parahnya lagi jika warga yang menolak vaksinasi melakukan provokasi anti vaksin di lingkungannya yang miskin informasi vaksinasi.

Masih cukup ruang dan waktu untuk menyembuhkan dan memulihkan rasa ketakutan berlebihan masyarakat di pedesaan. Penyebab ketakutannya disembuhkan dan dipulihkan sambil menumbuhkan kesadaran mereka tentang pentingnya menerima vaksinasi Covid-19. Tidak perlu menunda lagi untuk melancarkan sosialisasi vaksinasi. Sosialisasi yang massif dan terencana dapat menghilangkan ketidakpercayaan warga terhadap vaksinasi. Semua elemen masyarakat dapat mengambil peran sesuai kemampuan dan kelebihannya masing-masing. Kemampuan komunikasi dan pengetahuan yang mumpuni tentang vaksinasi juga menjadi kunci suksesnya sosialisasi vaksinasi.

Tenaga kesehatan dan pelayanan publik yang telah divaksinasi berfungsi selain edukator vaksinasi Covid-19 juga menjadi panutan di lingkungannya. Pemerintah desa/kelurahan bersama ketua RT dan tokoh masyarakat dapat menjadi garda terdepan. Generasi milenial yang belum terpapar hoaks vaksinasi juga menjadi harapan besar. Tidak terkecuali peran media massa sangat dinantikan kehadirannya dalam mencegah hoaks dengan menyajikan informasi akurat dan terpercaya tentang vaksinasi COVID-19.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline