Menantu ibu itu selalu resah dengan keberadaan ibu mertuanya yang terkadang menjatuhkan apa yang ia pegang. Dimana saja berada, ia seringkali membuat isi rumah berantakan.
Ia memang sudah tua, tangannya seringkali bergetar saat melakukan aktivitas, inilah sebabnya menantu ibu itu selalu berupaya menyingkirkannya. Menantu itu tega padahal ia sudah mendapatkan putranya dan segala kemewahan mulai dari rumah, mobil dan juga perhiasan.
Keluarga itu beranggotakan empat orang, ada ibu mertua bernama Suyati, putranya bernama Pak Yusdi, menantu bernama Sinta dan Ridho sebagai anak dari kedua pasangan tersebut.
Pagi itu mereka sedang menikmati sarapan bersama, dengan asyik Bu Sinta menawarkan sup sayur pada suaminya, "tambah sup sayurnya Pa?" "boleh Maa" sahut suaminya. Ditengah mereka melahap tiba-tiba terdengarlah suara gelas pecah disamping Ibu Suyati, seketika suasana menjadi tegang dan raut wajah Bu Sinta pun mulai memerah dan mulutnya mulai berbentuk lancip. Pak Yus yang melihat hal itu merasa sedih dengan kondisi ibunya yang semakin lama semakin tidak membaik dikarnakan faktor usia
Kejadian ini adalah satu dari sekian kali ibunya menjatuhkan gelas tanpa disengaja dan terkadang juga perabotan lainnya seperti piring.
Selesainya sarapan Bu Sinta berkata pada Suaminya "Pa.. bagaimana seandainya ibu dibuatkan rumah sederhana di pekarangan belakang? karena kalau tidak, ibu kamu akan seperti ini terus, perabotan kita lama-lama habis, toh nanti dia bisa kita belikan perabotan dari plastik Pa biar gak gampang pecah".
Suami berkata "jangan lah Maa, kasihan kalo ibu sendirian disana, nanti apa kata tetangga kalau ibu tidak satu rumah dengan kita, bener kata kamu tadi mending dibelikan peralatan plastik aja, nanti aku minta tolong kamu mampir di toko pecah belah ya Maa waktu ke pasar".
"Hemm iya sudah kalau gitu" jawab sang istri.
Hari pun berlalu, seringkali Pak Yusdi melihat ibunya menjatuhkan Piring dan gelas, meski tidak sampai pecah Pak Yusdi mulai kasihan dengan istrinya selalu membersihkan air minum atau makanan yang jatuh ke lantai. Hingga pada akhirnya Pak Yusdi pun mengikuti inisiatif istrinya untuk membuatkan rumah kecil dari bambu di pekarangan belakang rumah
Setelah Pak Yusdi memindahkan ibunya di tempat baru, suasana makan bersama pun selalu hening tanpa adanya suara perabotan yang jatuh di lantai dan kini istrinya semakin ringan dalam pekerjaan rumah. Dan sesekali Pak Yusdi menengok kebelakang untuk memastikan kondisi Ibunya.
Singkatnya cerita suatu ketika Pak Yus yang baru saja pulang dari bekerja melihat Ridho putranya baru berusia 5 tahun sedang asyik belajar menggambar, Ridho saat itu sedang menggambar denah rumahnya. Tampaknya Pak Yus sangat bangga melihat putranya mulai pintar menggambar, kemudian si Papa bertanya "Wah sedang menggambar apa anak Papa?"