Viral-nya sebuah video yang memperlihatkan pembakaran sebuah bendera yang dilakukan oleh Barisan Ansor Serbaguna atau BANSER membuat linimasa akhir-akhir ini memanas. Insiden pembakaran bendera itu terjadi di Garut disaat upacara perayaan HSN 2018, oknum dari Banser terlihat dengan sengaja membakar dan merekam aksi tersebut dengan diiringi lagu Syubbanul Wathon.
Hal ini memantik kontroversi dan perdebatan masyarakat banyak, banyak yang mengecam perlakuan pembakaran bendera tersebut karena entah itu bendera HTI ataupun bukan namun tidaklah sopan jika membakar kalimat tauhid, akan tetapi tidak sedikit pula yang menyatakan sikap mendukung aksi tesebut karena berpendapat jika bendera tersebut merupakan bendera HTI yang merupakan organisasi terlarang dan sudah dibubarkan oleh pemerintah setahun lalu.
Panitia acara peringatan hari santri tersebut sebelumnya juga sudah memberikan himbauan untuk tidak mengibarkan bendera selain merah putih. Ketiga pelaku pembakaran bendera juga dipanggil polisi untuk dimintai keterangan, U yang merupakan pembawa bendera juga dinyatakan polisi sebagai tersangka atas perbuatannya yang membuat kegaduhan dengan mengibarkan bendera HTI. Dikutip dari Detiknews saat ditanya dia memang mengakui bahwa bendera tersebut merupakan bendera HTIyang dia beli online dari facebook.
Menyusul ramainya pemberitaan atas pembakaran bendera timbul berbagai demo yang mengatas namankan bela tauhid di berbagai daerah. Pada hari jumat (26/10/2018) ribuan orang yang tergabung dalam Laskar Pembela Islam (LPI) se Jabodetabek melaksanakan long march dan orasi dibeberapa titik salah satunya didepan kantor DPP GP Ansor Jakarta Pusat.
Massa menuntut untuk mengusut tuntas aksi pembakaran bendera oleh oknum Banser, dan meminta pemerintah untuk membubarkan Banser. Dalam beberapa orasinya orator juga meneriakkan 2019 ganti presiden karena massa menganggap pemerintah lepas tangan dan tidak segera menindak aksi di Garut tersebut. Rencananya massa akan menyelenggaran demo kembali di hari jumat mendatang tangal 2 november 2018 dengan jumlah massa yang lebih banyak.
Enam bulan menjelang pemilihan presiden 2019, situasi politik semakin memanas. Segala hal terlihat dapat dijadikan bahan untuk digoreng dan di jadikan bahan untuk menyerang lawan politik. Untuk meredam terpecah belahnya umat, Jusuf Kalla mengadakan pertemuan dirumahnya dengan beberapa ketua ormas islam dan beberapa perwakilan dari MUI.
Rapat tersebut menghasilkan pernyataan sikap yang isinya yaitu menghimbau kepada masyarakat Indonesia untuk terus bergandeng tangan menolak segala bentuk upaya adu domba terutama sesama umat Islam. Semoga Indonesia tetap bersatu didalam banyak perbedaan, aman, damai, dan menjadi bangsa yang disegani oleh dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H