Lihat ke Halaman Asli

Yuk, Wisata Sastra di Rumah Puisi Taufiq Ismail

Diperbarui: 26 Juni 2015   00:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_140609" align="aligncenter" width="664" caption="Guru-guru yang mengikuti Diklat MMAS di Rumah Puisi. Senang dan gembira."][/caption] Catatan Muhammad Subhan Penyair Nasional DR. H. Taufiq Ismail benar-benar serius menumbuhkembangkan daya apresiasi sastra di kalangan siswa sekolah. Bukan saja keberhasilannya lewat program Sastrawan Bicara Siswa Bertanya (SBSB) serta program Membaca, Menulis, dan Apresiasi Sastra (MMAS) untuk guru bahasa dan Sastra Indonesia, Ia bersama istri tercinta, Ati Taufiq, telah mendirikan "Rumah Puisi" di Nagari Aie Angek, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, tepat di antara pertemuan dua kaki Gunung Marapi dan Singgalang yang gagah menjulang. Beberapa waktu lalu, Taufiq Ismail didampingi istri dan Sastrawan Nasional, Acep Zamzam Noor serta Cerpenis Joni Ariadinata, kepada saya mengatakan, tujuan dibangunnya Rumah Puisi, bukanlah untuk menjadikan siswa dan guru sebagai penyair, novelis, atau dramawan. Akan tetapi, Rumah Puisi didirikan untuk meningkatkan kemampuan siswa dan guru dalam budaya baca buku serta budaya menulis karangan yang sekarang semakin kurang diminati. "Kita menyaksikan saat ini begitu banyak siswa yang kerepotan jika disuruh menulis, apalagi ketika ia jadi mahasiswa harus menulis skripsi atau tesis," kata Taufiq Ismail. Dia menyebutkan, kecintaan membaca karya sastra merupakan awal kecintaan seseorang untuk membaca buku-buku lainnya. Hal itu bisa menambah wawasannya dalam berbagai bidang kehidupan. “Jika seseorang sudah demikian gandrung membaca buku maka pada sisi yang lain ia akan segera melirik dunia tulis-menulis untuk mengekspresikan hasil bacaannya,” ujarnya. Menurut Taufiq Ismail, bangsa yang kaya dengan buku yang ditulis oleh anak-anak bangsa tersebut adalah bangsa yang gemar membaca buku dan merupakan bangsa besar. Majunya sebuah bangsa dalam berbagai bidang keilmuan antara lain bersumber dari pesatnya budaya baca. “Jadi, sasaran saya ke depan lewat Rumah Puisi ini, adalah membangun budaya membaca dan menulis,” katanya. Rumah Puisi yang telah rampung akhir Desember 2008 itu dijadikan tempat pelatihan guru bahasa dan sastra Indonesia dalam meningkatkan pemahamannya terhadap bahasa dan sastra Indonesia serta meningkatkan kemampuan dalam bidang tulis-menulis. Tempat itu juga bisa dipakai untuk kegiatan SBSB (Siswa Bertanya Sastrawan Bicara), acara-acara pertemuan sastra, dan sejumlah kegiatan lainnya. Rumah Puisi juga dilengkapi perpustakaan yang tidak hanya diisi buku-buku dari dalam negeri khususnya koleksi pribadi (7.000-an judul), tetapi juga berbagai buku terbitan luar negeri, baik karya sastra, agama, maupun sejumlah judul lainnya. Menurut Taufiq Ismail, digagasnya Rumah Puisi sebagai pusat pembelajaran sastra dan bahasa Indonesia antara lain berdasarkan pengalamannya selama ini bersama majalah sastra Horison dan pihak-pihak terkait yang sejak 1998 lalu hingga 2008 menyelenggarakan MMAS dan SBSB. Hingga kini lebih dari 2.000 guru yang ikut MMAS se-Indonesia yang digelar selama enam hari di 12 kota dengan tim terdiri atas 113 sastrawan dan 11 aktor-aktris yang masuk ke 213 SMA/SMA/MAN. Sedangkan untuk SBSB digelar di 164 kota yang terletak di 31 provinsi. "Hasil dari digelarnya acara tersebut antara lain bisa dilihat lewat rubrik Kaki Langit, sisipan majalah sastra Horison. Sebagian besar halaman tersebut diisi siswa dan guru," katanya. Jika anda berkesempatan menyinggahi Rumah Puisi, di ruang utama Rumah Puisi terdapat sejumlah kursi yang dijadikan tempat pelatihan para guru. Di sekeliling ruangan itu terpajang sejumlah tulisan yang menarik mengajak orang-orang untuk membaca buku dan menulis. Sementara, di areal Rumah Puisi terdapat sebuah bangunan yang merupakan tempat peristirahatan sastrawan yang diundang ke Rumah Puisi. Bangunan itu memiliki dua buah kamar, layaknya sebuah ruang hotel kelas bintang empat. Rumah ini diberi nama Rumah Sastrawan tamu dan disewakan dengan harga Rp400 ribu per malam. Jika pagi dan sore hari, pemandangan di Rumah Puisi akan sangat terlihat asri, karena disekitar rumah ini ditumbuhi bunga-bunga ragam warna dan rupa yang bermekaran. Disekelilingnya terbentang sawah dan ladang penduduk yang bercocok tanam di lahan organik. Lokasi ini juga tidak jauh dari Kedai Sayur Organik di Aie Angek yang menjadi primadona pengunjung yang datang dari luar Ranah Minang. Nah, jika Anda tertarik datang ke Rumah Puisi, silakan saja, tak salah membawa keluarga untuk berwisata buku sekaligus menikmati pemandangan alam Gunung Singgalang dan Marapi yang sangat memesona mata. Di sana terlukislah alam ciptaan Tuhan yang sungguh menggugah dan menerbitkan decak kagum siapa saja… Subhanallah! []




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline