Lihat ke Halaman Asli

Lelucon Buruk

Diperbarui: 19 September 2019   12:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Berbincang di seperempat malam, pukul 10 waktu itu. Lidah kita manis berucap-ucap. Lambat laun mata kita bertemu mencari cahayanya. Berandai rasa sambil menikmati suasana tempat makan di depan lalu lalang kendaraan. Aku rasa aku laki-laki paling bahagia di saat kugenggam tanganmu tunduk sayangku. yang kulihat, begitupun dirimu. "Semoga" benakku.

Kemudian hari,tanpa badai tanpa suara tanpa hujan, engkau menolak kehadiranku. dirundung bingung kecap sukmaku. Berlalu lalang dirimu tanpa salam untukku. Cahaya matamu hilang untukku. Membalas pesanku saja dirimu enggan diam seribu kata. katamu kau ingin membunuh rasaku agar bahagia diriku. Semakin kau tancapkan pedangmu semaking dekat ingin memelukmu. 

Dan sekarang, kucoba menjauhimu melupakan hasratku, Demi kenyamananmu untuk kebahagianmu. Mungkin aku hanya salah waktu tapi yang kutau rasaku tak pernah beruntai dusta. Bagiku dirimu cukup untuk dunia dan seisinya.

Semoga bahagia selalu Nona, Semoga tergapai apa yang dikejar.

Semoga kau tak bermalang layaknya diriku.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline