Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Sidik

mahasiswa pendidikan ilmu pengetahuan sosial

Tipologi Belajar Anak Didik dan Perbedaan Individual dalam Belajar

Diperbarui: 7 November 2024   01:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pengertian Tipologi Belajar Tipologi berasal dari kata dasar "Tipo" dan "Logi," yang masing-masing merujuk pada "tipe" dan "logos." Tipe digunakan untuk menggambarkan gaya atau model, sementara Logos mengacu pada ilmu. Dengan demikian, tipologi merupakan pengetahuan yang bertujuan mengelompokkan manusia berdasarkan faktor-faktor seperti karakteristik fisik, psikologis, pengaruh dominan, nilai budaya, dan aspek lainnya1. Bobbi DePorter dan Mike Hernacki menjelaskan bahwa tipologi belajar adalah suatu metode yang dipakai untuk mempermudah proses pembelajaran serta bagaimana siswa menangkap, mengatur, dan mengolah informasi tersebut.
 
menurut ahli.Robert Mills Gagne adalah seorang ahli psikologi yang banyak melakukan penelitian mengenai fase fase belajar, tipe-tipe kegiatan belajar, dan hirarki belajar. Dalam penelitiannya ia banyak menggunakan materi matematika sebagai medium untuk menguji penerapan teorinya. Gagne mendefinisikan belajar adalah suatu perubahan perilaku yang relatif menetap yang dihasilkan dari pengalaman masa lalu ataupun dari pembelajaran yang direncanakan.
 
Terdapat beberapa tipe belajar yang dijelaskan sebagai berikut:
1) Belajar isyarat (signal learning) adalah proses penguasaan pola perilaku yang tidak disengaja, melibatkan aspek emosional, dan memerlukan stimulus yang diberikan secara berulang, seperti aba-aba “Siap!” atau melihat wajah ibu yang menimbulkan rasa senang
. 2) Belajar stimulus-respons memberikan respons tepat terhadap stimulus dengan penguatan, contohnya bayi belajar mengucapkan “Mama” melalui latihan.
3) Belajar merantaikan (chaining) melibatkan urutan gerakan motorik, seperti mengancingkan baju atau menari, yang menjadi otomatis setelah latihan berulang.
4) Belajar asosiasi verbal (verbal association) menghubungkan kata dengan objek tertentu, seperti mengenali bentuk geometris.
5) Belajar membedakan (discrimination) mengajarkan anak membedakan antara objek dengan kemiripan, misalnya berbagai merek mobil.
6) Belajar konsep (concept learning) adalah pengklasifikasian objek dalam kelompok tertentu, seperti mengidentifikasi benda cair.
7) Belajar dalil (rule learning) menghasilkan kaidah dari penggabungan konsep, contohnya aturan tata bahasa.
 
menurut ahli Benjamin Bloom adalah seorang psikolog pendidikan yang terkenal karena kontribusinya dalam bidang pendidikan, khususnya dalam pengembangan taksonomi tujuan pendidikan. Ia dikenal luas karena menyusun "Taksonomi Bloom," yang mengklasifikasikan tujuan pembelajaran ke dalam tiga domain utama.
 
Jenis-jenis Gaya Belajar Siswa Gaya belajar adalah suatu cara dalam menerima, mengolah, mengingat dan menerapkan informasi dengan mudah. Dengan mengetahui gaya belajar siswa, guru dapat membantu siswa belajar sesuai dengan gaya belajar yang dimiliki siswa sehingga prestasi belajar siswa dapat tumbuh dengan baik melalui pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajarnya.
Gaya Belajar terdiri dari tiga kategori utama:
 
1.Visual: Siswa memerlukan bukti konkret untuk memahami informasi, memiliki kepekaan terhadap warna, dan kesulitan dalam berdialog langsung. Ciri-cirinya termasuk posisi kepala terangkat saat berbicara dan pengingatan melalui gambar.
2.Auditorial: Mengandalkan pendengaran untuk memahami informasi, siswa mengalami kesulitan menyerap informasi tertulis dan memiliki perhatian yang mudah terpecah. Ciri-cirinya meliputi posisi kepala menoleh ke pembicara dan pernapasan merata.
3.Kinestetik: Siswa perlu menyentuh objek untuk menyerap informasi, dengan pengingatan yang kuat melalui sentuhan. Ciri-cirinya termasuk posisi kepala menunduk dan suara yang memiliki tempo lambat.
 
Perbedaan Individual Setiap individu adalah unik dan memiliki perbedaan baik dari sifat, karakter dan kecerdasan. Tidak ada dua individu yang sama persis dan tiap individu pasti berbeda antara satu dengan yang lainnya. Perbedaan pada individu merupakan karunia Allah SWT yang karena ada perbedaan tersebut dapat menghasilkan karakter dan kecerdasaan yang luar biasa pada setiap individu. Manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan memiliki bentuk keunikan dan ciri khas manusia itu sendiri,
 
Faktor yang Mempengaruhi Perbedaan dalam belajar. Faktor yang Mempengaruhi Perbedaan Individual Dalam Belajar disebabkan oleh dua faktor utama: faktor bawaan dan faktor lingkungan. Faktor bawaan berasal dari pewarisan genetik orang tua, sedangkan faktor lingkungan mencakup status sosial ekonomi, budaya, dan urutan kelahiran. Perbedaan yang muncul antara individu, seperti jenis kelamin, kemampuan, kepribadian, dan gaya belajar, berpengaruh pada proses pembelajaran. Keberadaan perbedaan individu tidak dapat dihindari, dan setiap orang, baik anak maupun dewasa, adalah individu dengan ciri unik. Menurut Landgren (1980), perbedaan individu meliputi variasi fisik dan psikologis, dan dalam konteks pendidikan, mencakup aspek jasmani, agama, intelektual, sosial, etika, dan estetika.
 
Cara Mengatasi Perbedaan Individual Guru dapat mengatasi perbedaan yang terjadi dalam proses pembelajaran di sekolah dengan berbagai cara, membuat siswa termotivasi dan memiliki niat untuk belajar. Siswa diharapkan tidak mengalami kesulitan dalam menerima pelajaran jika ada niat dan motivasi belajar selama proses pembelajaran.
 
Menurut Oemar Hamalik (2012: 186-192), beberapa metode untuk mendukung perbedaan individual adalah sebagai berikut: pengajaran individual, pengajaran unit, kelas khusus untuk siswa yang cerdas, kelas remidi untuk siswa yang lamban, pengelompokan berdasarkan bakat, pengelompokan informal (kelompok kecil dalam kelas), pengawasan periode individualisasi, memperkaya dan memperluas kurikulum, pelajaran pilihan (topik pilihan), dan perbedaan pemberian.
 
Cara Guru Menangani Perbedaan Individual Dalam Belajar melibatkan beberapa langkah penting untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang inklusif:
           1.            Pemahaman Mendalam: Guru perlu memahami keberagaman di kelas, termasuk kemampuan, preferensi, dan kebutuhan khusus siswa.
2.Pembelajaran yang Berbeda: Pembelajaran diferensial penting untuk menyesuaikan gaya penyampaian, bahan ajar, dan kompleksitas materi sesuai minat siswa.
3.Kerja Sama dengan Orang Tua: Komunikasi terbuka dan kolaborasi dengan orang tua dan pemangku kepentingan membantu memahami kebutuhan siswa.
4.Pendekatan Inklusif: Pendekatan ini mendorong partisipasi semua siswa dalam lingkungan yang ramah dan mendukung.
5.Pemanfaatan Teknologi: Teknologi dapat digunakan untuk menyediakan materi dan aktivitas yang dapat diakses dengan mudah oleh siswa.
6.Penilaian Formatif dan Feedback: Memberikan penilaian yang terus-menerus dan umpan balik yang jelas untuk mendukung perkembangan siswa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline