Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Sevaja Ansas

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Moderasi Beragama Dalam Rangka Memanifestasikan Relasi Pancasila dengan Agama

Diperbarui: 19 Desember 2021   22:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Apakah kawula muda saat ini memiliki urgensi untuk mencanangkan moderasi beragama kepada masyarakat? jawabannya tentu saja iya. Mengapa demikian? masyarakat Indonesia memiliki latar belakang agama, sosial-budaya, dan ciri fisik yang beragam. 

Oleh sebab itu, sudah seyogianya moderasi beragama menjadi konsep yang sangat penting untuk dapat eksis dalam masyarakat, karena moderasi beragama merupakan konsep yang dapat mengekspresikan perilaku toleran dan harmonis, guna memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa.

Perlu diketahui akhir-akhir ini terdapat fenomena sekte atau organisasi keagamaan yang semakin eksklusif dan tidak ramah terhadap kelompok keagamaan lain di luarnya. 

Hal ini tidak terjadi secara alamiah, tetapi merupakan hasil dari proses pendoktrinan dan propaganda yang intens dari sekte keagamaan tertentu untuk kepentingan tertentu. Jika fenomena ini dibiarkan bergerak secara liar dan masif, maka itu akan menjadi ancaman yang membahayakan bagi negeri yang multikultural seperti Indonesia.

Berdasarkan penelitian SETARA Institute, Lembaga Swadaya Masyarakat yang melakukan riset dan advokasi perihal demokrasi, kebebasan politik, dan Hak Asasi Manusia, menghimpun pelanggaran atas kebebasan beragama dan berkeyakinan. 

Kasus intoleransi yang masih terjadi setahun terakhir, antara lain: segerombolan orang yang mengusik ibadat jemaat HKBP KSB di Kabupaten Bekasi (13/09/2020); umat Kristiani di Desa Ngastemi, Kab. Mojokerto, dilarang beribadat oleh segerombolan orang (21/09/2020); dan larangan beribadat terhadap jemaat Rumah Doa Gereja Sidang Jemaat Allah Kanaan Loceret di Kab. Nganjuk, Jawa Timur (2/10/2020).

Ada pula kasus di SMA Negeri 1 Gemolong Sragen, yang dimana salah satu siswinya berinisial Z, siswi Z ini menerima pesan di WhatsApp yang berasal dari salah satu anggota organisasi Rohani Islam di SMA tersebut. Pesan yang dikirim berisi permintaan untuk Z agar segera memakai jilbab. 

Pesan yang didapatkan Z, lambat laun berubah menjadi intimidasi karena dikirim dengan intensitas yang nyaris dilakukan setiap hari. Pesan-pesan yang dikirim sarat akan kata dan kalimat yang mengarah pada diskriminatif dan penghinaan terhadap ibu dan ayah Z. 

Kasus ini kemudian tersebar luas dan cepat di media sosial hingga memicu reaksi Ganjar Pranowo selaku Gubernur Jawa Tengah untuk berkomentar dan mendesak instansi yang koheren dengan kasus tersebut untuk segera mengambil tindakan.

Sedikit kembali ke masa lalu, jika kita menilik kembali sejarah dinamika konflik antarumat beragama, maka akan cukup banyak yang bisa kita ketahui, seperti konflik komunal Poso, konflik Ambon 1999, konflik Papua, konflik Tanjung Balai, konflik Sampang dan beberapa konflik lainnya. 

Dari semua konflik tersebut, mungkin mayoritas dari kita telah mengetahui bahwa konflik ini berdimensi teologis atau keagamaan. Akan tetapi tahukah kamu apa penyebab dari konflik tersebut? 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline