Yang Mulia Panjenengan Se Muljeh
di tempat
Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh
Salam sejahtera untuk Panjenengan di rumah masing-masing. Semoga Allah merahmati dan memberi kesehatan sehingga tetap beraktifitas dan bekerja seperti biasanya (meskipun sudah tidak akan seperti biasanya).
Sudah setahun lebih (Maret 2020-sekarang) umumnya dunia menderita kekacauan global. Kekacauan kesehatan, kekacauan ekonomi, kekacauan sosial, pendidikan bahkan politik. Hampir semua aspek kehidupan terpengaruh oleh pandemi. Kalau mau melihat angka (kalau Panjenengan kasokan), ada sekitar sejuta kasus di Indonesia sampai hari ini. Yang meninggal kira-kira 28.132 orang dan pasien yang sembuh 809.488. Sedangkan kasus aktif atau orang yang masih menjalani perawatan sebanyak 161.636 orang (Kata Kompas). Jumlah itu punya Indonesia, untuk dunia (jika Panjenengan masih kasokan baca lagi) total lebih dari 100 juta kasus, yang meninggal 2 juta orang lebih, dan 72 juta pasien sembuh dari Covid-19.
Menurut kami yang percaya (Panjenengan tidak usah, tidak apa-apa), virus ini punya varian bermacam-macam jenisnya (varian), ada Alpha, Beta dan Delta. Masing-masing varian ini punya tanda-tanda, gejala dan kekuatan yang juga berbeda dalam menyerang antibody manusia. Alpha dan Beta menular lebih cepat, sedangkan varian Delta lebih sifatnya kuat, terutama pada pasien suspect usia lanjut dan memiliki penyakit serius.
Kami mengerti, paham betul apa yang Panjenengan rasakan sekarang,. Informasi (jika kami bilang Info Palsu, maaf) yang anda baca setiap hari baik dari WA grup atau media sosial yang lain. Bahwa bisa saja Panjenengan yakin, 1) Pandemi ini bagian politik dunia, terutama Cina dan Amerika, 2) Pandemi ini dimanfaatkan oleh tenaga medis untuk mendapat anggaran triliunan rupiah, bahkan bisa juga Panjenengan Haqqul yaqin (dan ini yang paling mengerikan) bahwa Corona itu tidak ada (seperti yang dinyatakan salah satu sahabat Panjenengan yang bersuara di Media sosial kemarin, yang apes-nya telah diamankan oleh kepolisian). Kami paham. Betul-betul paham.
Tidak ada seorangpun yang dapat mengubah keyakinan Panjengan, kecuali Panjenengan sendiri. Meskipun disini, sebagai orang Madura totok, yang (yang dulu) sangat menjunjung tinggi nilai keberagama-islaman yang kuat, (yang dulu) menjunjung tinggi-tinggi sikap tokoh agama (kiai), sangat kecewa. Kami kecewa sangat berat kepada Panjenengan yang sekarang nampaknya sudah mandiri dalam berpendapat, bahkan berani melawan nasihat para kiai. Tidak ada nama besar pondok pesantren, tidak ada nama besar tokoh nasional, tidak ada nama besar ribuan ahli kesehatan yang berjuang menyelamatkan kita justru Panjenengan anggap sandiwara belaka.
Video dan tulisan tidak jelas lebih Panjenengan sukai, dan percayai (dan Panjenengan sebarkan kembali) daripada aturan pemerintah juga fatwa ulama. Lucu memang, saat anda menyuruh orang-orang meminum air kelapa muda setelah disuntik vaksin yang diberikan gratis karena Panjenengan yakin vaksin itu justeru berbahaya, bahkan percaya akan membunuh Panjenengan, padahal kalau mau beli, kita harus membayar lebih dari 500 ribu rupiah untuk 2x vaksin, ya seperti gaji sebulan anak Panjenengan yang mengajar di madrasah dan itupun kalau dibayar penuh dan tidak terlambat.
Panjenengan lebih suka memaksa alim, yang shalat Jum'atnya rajin, di shaf terdepan, berangkat awal dan pulang belakangan (sejak pandemic saja). Atau memeriahkan kondangan manten berkerumunan bahkan menghadiri tahlil korban positif covid-19 tanpa memakai masker dengan alasan menjaga persaudaraan dan perasaan. Daripada patuh pada ulama dan pemimpin yang panjenengan yakini sebagai orang-orang dhalim dan sesat, padahal mereka hanya kasihan pada keluarga Panjenengan.
Jika panjenengan tinggal di Bangkalan, coba lihat sekitar dengan berpikir yang masuk akal (jika Panjenengan yang mulia kasokan). Puskesmas dan rumah sakit tutup, tidak menampung pasien karena sudah penuh. Sirine ambulance berkali-kali mengganggu pendengaran (jika Panjenengan tidak mau merasa takut). Siaran kematian di masjid-masjid setiap hari berkali-kali, kebanyakan yang meninggal adalah satu keluarga. Kebanyakan penyakit adalah penyakit flu, yang nyata adalah identik dengan tanda-tanda penyakit corona. Itu semua jika hanya Panjenengan tidak mau Tanya langsung pada yang pernah (positif) sakit.