*PEMIKIRAN M. SAIFUL KALAM*
"TELAAH DAN TAFSIR ILMU SPESIFIK: FILOSAFAT MATEMATIKA SEBAGAI PONDASI ILMU SELURUH INTERDISIPLINER ILMU SOSIAL DAN SAINS"
Disclaimer: tulisan ini adalah opini pribadi berdasarkan fenomena sosial yang didasarkan oleh ilmu pada jenjang SD-S1 serta keyakinan penulis.
Matematika merupakan salah satu pelajaran yang susah dipahami dari sekian mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. Kadang ketika siswa hendak serius belajar matematika, mereka sedikit ragu. Karena, jika mapel matematika dipelajari serius (misal sampai mahir logaritma, sin cos tan, permutasi, dkk), ilmunya buat apa? Toh di kehidupan sehari-hari, ilmu matematika yang terpakai hanya operasi bilangan sederhana. Ditambah dengan perkembangan zaman, sekarang sudah ada kalkulator dan sistem kasir. Jadi, buat apa ilmu matematika selain bab operasi bilangan?
Artikel ini akan mengungkap sisi menarik secara filosofi jika matematika itu menjadi pondasi ilmu seluruh bidang ilmu pengetahuan (sosial dan sains). Juga menyingkap hal menarik perspektif penulis.
Sebelum bicara ke inti, hendaknya kita tahu materi apa saja dalam kurikulum mapel matematika ini (Penulis background sekolah KTSP dan K13. Jadi masih merasakan seragan fajar ujian UN, USBN, UAMBN. Meski demikian, materinya tidak jauh beda dengan KURMER).
Secara garis besar, ada 7 bab dalam mapel matematika. Yaitu Aritmatika, Geometri, Himpunan, Aljabar, Trigonometri, Kalkulus, dan Statistika. Tiap jenjang pendidikan, kompak jika materi yang pertama diajarkan itu adalah aritmatika (yang bab operasi, jenis bilangan, dkk). Kemudian pasti diakhiri dengan bab statistika (yang membaca data dan biasa disandingkan dengan peluang).
Nah penulis menafsirkan jika bab aritmatika menjadi kunci memahami 7 bab matematika dan materi interdisipliner ilmu lain. Bayangkan jika kira tidak lancar perjumlahan dan pertambahan, maka tidak bisa baca data. Karena kemampuan baca data itu bergantung rumus operasinya. Sehingga statistika itu pasti ditaruh diakhir. Sehingga, bisa ditafsirkan ujung pangkal tujuan belajar matematika siswa adalah bisa membaca data (bisa diagram batang, venn, kartesius, dkk).
Tapi kan dikasir tidak ada rumus rumit y=ax+c? Ya memang kasir itu hanya menggunakan teknologi perhitungan. Kalau kita jadi atasan, maka ilmu membaca data itu sangat penting. Karena, hasil statistika dapat digunakan untuk mengambil keputusan di berbagai bidang. Misal strategi penjualan, identifikasi minat pembeli, dkk. Itu kan masuk ilmu sosial, jurusan bisnis, konsentrasi manajemen penjualan. Jadi, masihkah benar jika matematika tidak berguna di kehidupan?
Jika melipir ke ilmu sains, maka matematika sangat menjadi pondasi untuk jurusan sains seperti arsitek (dasarnya geometri). Membangun rancanhan gambar harus kenal jenis bangunannya, apakah persegi, segitiga, dkk. Dan rumusnya penting.
Penulia teringat ketika menjadi mahasiswa, dulu ada anak arsitek yang mengukur masjid. Biasa anak arsitek semester awal bawa tabung hitam isi kertas kalkir A0 dan rapido mungkin. Jadi mereka ditugaskan mengukur duku sebelum merancang desain arsitekturnya.