Lihat ke Halaman Asli

M. Saiful Kalam

Sarjana Ekonomi

Ketakutan Seorang Sarjana Ketika Bermasyarakat

Diperbarui: 11 Maret 2022   10:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Bermasyarakat jika dibahasakan secara sederhana, yaitu interaksi seorang individu dalam keluarga terhadap sekelompok keluarga lain di satu daerah yang sama.

Bermasyarakat itu sederhana, cukup ikuti aturan yang ada dan mengalir saja di dalam aturan yang diberlakukan dalam masyarakat.

Contoh, ketika penulis ada kegiatan KKM (kuliah kerja mahasiswa) di salah sebuah desa di Kabupaten Malang, penulis mengamati bahwa masyarakat di sana itu terlihat guyup dan rukun.

Bahkan, desa tersebut bagi penulis merupakan desa percontohan bagi penulis pribadi bila suatu saat ingin memutuskan untuk bermasyarakat ke depan.

Rutinitas yang sering dilakukan lebih tepatnya pada sore dan malam hari. Jadi kalau pada malam jumat, seringkali ada tahlilan dan itu tempatnya bergantian, itu acaranya bapak-bapak. Kalau ibu-ibu rutinan tahlilan pada sore hari.

Pernah penulis berkeliling, ada sekitar 4 rumah di saat yang bersamaan melakukan tahlilan pada malam jumat tersebut.

Juga desa tersebut kalau tiap kali ada acara besar, seluruh karang taruna dan bapak-bapak ikut turun tangan membantu acara tersebut, tanpa diperintah dan embel-embel apapun. Sangat kompak dan ini adalah sesuatu hal yang langka menurut penulis dan perlu dicontoh.

Kembali lagi ke permasalahan, jadi pada dasarnya bermasyarakat itu bukanlah sesuatu hal yang sulit seperti cerita orang tua kepada anaknya yang sudah mendapatkan gelar sarjana.

Kadang ada nasehat dari orang tuanya kepada anaknya yang sarjana bahwa bermasyarakat itu sulit dan ilmu yang selama ini dipelajari di kampus nampak tidak semua digunakan di asal kampungnya.

Bahkan ada istilah dengan kalimat, "saya sarjana tetapi desa tidak mengenali saya dan saya pun tidak mengenali desa."

Hal itu disebabkan karena sarjana itu setidaknya harus menempuh pendidikan selama 4 tahun dan merantau di luar kampungnya. Anak perantauan digambarkan sebagai orang yang kos di tempat sederhana, perbekalan minim, dan serba menghemat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline