Lihat ke Halaman Asli

M. Saiful Kalam

Sarjana Ekonomi

Last Child, Lagu Galau tapi Berirama Semangat

Diperbarui: 22 November 2021   23:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Musik. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Referensi: imajinasi pribadi dan musik terkait

Pasti sudah tidak asing dengan yang namanya Last Child, lagu yang dinyanyikan oleh Virgoun Teguh dan beberapa personel lainnya. . Lagu ini terbilang masih hits di mana kini, itu ternyata memiliki keunikan. 

Salah satu keunikan menurut penulis terletak pada irama/musik yang mengiringi lirik lagu tersebut. Ambil contoh ini, kalian pasti tidak asing dengan lagu "Duka".

Lagu yang dirilis pada tahun 2017 dan sekarang sudah mencapai 45 juta viewer. Seluruh lirik lagunya isinya galau. Lirik awalnya berbunyi begini "Kau membunuhku dengan perasaan ini", itu sudah menandakan lagu ini kalau. Di lirik awal, pengiringnya denting piano dan alunan gitar yang dipetik. 

Agak naik nadanya ketika lirik "Hingga air mata tak mampu tuk melukiskan pedih". Saat itu, mulai masuk suara drum, gitarnya mulai digenjreng, dan nada pianonya agak cepat. 

Dan ini, puncak 'keanehan' yang penulis maksudkan. Yaitu pas lirik "Sampai kini masih kucoba". Kali ini, ada dentuman drum mulai naik dan cepat, lalu gitarnya pakai nada seperti gitar listrik (penulis tidak paham menjelaskannya, intinya suaranya 'gereng'). 

Ya, lagu galau yang dibawakan dengan irama semangat itu tidak hanya "Duka" saja, melainkan menurut penulis, sepertinha kebanyakan lagu Last Child seperti itu. 

Kan kalau biasanya lagu galau itu pengiringnya piano atau gitar yang dipetik dan digenjreng dengan nada mellow, mengikuti lirik lagunya. Mungkin karena Last Child punya tujuan lain. Tujuannya yaitu agar pendengarnya meskipun galau, tapi tetap semangat.

Tapi yang penulis salut sama Last Child adalah proses pembuatan film untuk lagunya yang totalitas dan sangat sirat akan makna. 

Misal begini ketika ketika ada di lagu "Diary Depresi", di sana ditayangkan tentang kerasnya hidup anak jalanan dan anak yang hidup di tengah konflik orang tuanya sampai cerai. 

Anak jalanan itu tiap hari sekolah-ngamen-jual koran. Nampak bahwa kehidupan di pinggir jalan itu keras dan mengajarkan arti hidup untuk tetap bersyukur. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline