Lihat ke Halaman Asli

Perjuangan Anak Pertama

Diperbarui: 21 November 2024   15:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di suatu pagi yang cerah, di desa terdapat sebuah keluarga yang terdiri atos ayah, ibu, dan dua orang anak. Ayah tersebut bernama Kasno yang akrab dipanggil Pak Kas dan ibunya ber numa Sulastri. Pak kasno bekerja sebagai buruhtani dan Bu Sulastri Sebagai ibu rumah tangga, anak dari Pak Kasno dan Bu Sulastri berorna Dodit dan Angga. Dodit atalah anak portama Sedangkan Angga adakan anak ke-2, Mereka berbeda umur 3 tahun..

Ketika ayah hendak pergi bekerja ia melihat Dodit wajahnya murung dan tidak bersemangat, ayah pun menghampirinya. dan berkata "Ada apanak, mengapa wajah mu murung dan tidak bersemangat" Dodit pun menjawab "Aku bingung yah mau lanjut kuliah apa bekerja" ayah berkata "Bekerja saja nak, uang ayah belum cukup untuk biaya Kuliahmu" Do dit menjawab "Tapi yah ker ja lulusan SMA itu sangat susah karena saingan nga rata-rata S1 semuah yan" ayah berkata "Adik mu juga kan ingin masuk SMA dit, uang ayah juga belum tentu cukup buat kuliah mu jadi Sabar dulu ya nak" Angga pun menghampiri ayah dan Dodit lalu berkata "Iya kak, Sabar dulu, aku juga mau ber sekolah di SMA kak". Setelah perbincangan itu ayah berfikir keras untuk meme can kan masalah tersebut agah menyaran kan kepada Dodit untuk segera melamar pekerjaan. Mau tidak mau Dodit terpaksa mengikuti saran orang tua dan mengubur mimpinya untuk bisa berkuliah, langkah demi langkah Dodit jalani, ia mencoba melamar pekerjaan kesana kemari tetapi masih belum ada panggilan untuk interview. la hampir putus asa karena sampai saat ini ia masih bulum mendapatkan pekerjaan. hari demi hari ia lalui dan belum ada satupun panggilan untuk interview,sang ibu pun menasihati Dodit untuk berdoa dan bersungguh-sungguh dalam berdoa, Dodit menuruti perkataan ibunya. Seminggu pun berlalu, tiba-tiba ada surat panggilan wawancara dari PT. Padi jaya,Dodit pu sangat senang dan langsung memberi tahu ayah dan ibu

"Bu, Pak Dodit di Panggi untuk interview di PT. Padi Jaya, Akhirnya dari sekian lama Dedit tunggu akhirnya doa Dodit terkabul Suga" Saut ibu dan ayah

"Alhamdulillah nak, akhirnya kamu di undang juga untur interview, ibu dan ayah hanya bisa mendo akan kamu agar bisa diterima kerja di PT. tersebut nak..."

Esok harinya Dodit pun bersiap untuk interview tetapi ia merasa gugup dan tidak percaya diri. Namun Dodit meyakinkan dirinya bahwa ia akan lolos tahap interview.Tak lama kemudian dodit pun terpanggil untuk melaksanakan interview HRD,ia pun memasuki ruangan dengan perasaan cemas.Dua puluh menit pun berlalu akhirnya dodit pun bisa melewati tahap interview tanpa memikirkan ia lolos atau tidak.

Sambil menunggu informasi dari pihak PT Padi Jaya, Dodit membantu sang ayah untuk membajak sawah milik juragan ayah nya. "Nak, apakah kamu sudah ada panggilan di PT Padi Jaya?" Tanya sang ayah. Dodit yang sedang memotong rumput pun langsung menjawab pertanyaan ayah nya "Tidak tau yah, Dodit masih menunggu". Jawab Dodit pasrah. "Tidak apa apa nak, yang sabar rezeki tidak akan kemana". Ucap sang ayah memberi semangat kepada sang anak. Dodit hanya bisa tersenyum kepada ayah serta memikirkan pekerjaannya karena rasa cemas dan takut akan masa depannya.

Tidak terasa satu bulan berlalu dengan cepat, Dodit tetap menjalani hari hari nya dengan membatu ayah di sawah dengan upah yang mungkin cukup untuk kebutuhan hidup nya sendiri. Ketika Dodit hendak pergi ke sawah ia mendapatkan pesan Gmail yang masuk di akun nya, hal itu membuat Dodit merasa penasaran dan segera membuka nya, ia terkejut dan spontan mengatakan Alhamdulillah lalu langsung berlari kepada Ayah dan Ibunya untuk menunjukkan bahwa Dodit diterima di PT Padi Jaya. Ayah dan Ibu sangat bahagia atas pencapaian Dodit Mereka memeluk Dodit bangga. "Memang doa Ibu selalu yang terbaik untuk anak nya". Batin Dodit dengan memeluk kedua orang tuanya.

Dodit memulai karier pertama nya di PT Padi Jaya dengan sangat antusias ia bekerja sekaligus belajar dengan bersungguh sungguh sampai pada akhirnya ia mendapatkan perhatian lebih dari pihak atasannya. Berkat ketekunannya dalam bekerja, Dodit mendapatkan jabatan yang lebih tinggi dari seorang karyawan. Keluarga Dodit sangat bangga kepada Dodit mereka tidak menyangka bahwa anaknya akan menjadi orang sukses. Dodit berhasil membahagiakan keluarganya dengan membeli rumah baru dan senyum baru kepada keluarga. Memang nasib seseorang tidak ada yang mengetahui, kita tidak akan tahu bagaimana nasib kita di kemudian hari tidak memandang lahir dari keluarga yang beruntung ataupun tidak beruntung, sesungguhnya usaha tidak akan menghianati hasil.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline