Apapun alasannya, mengisi waktu luang saat berada di rumah dengan hal yang negatif bukanlah solusi yang tepat. Pandemi memberikan ruang yang besar bagi kita untuk mengakses konten-konten porno saat lama berada di rumah.
Kemumetan karena tidak ada hal lain lagi yang dapat dilakukan merupakan penyebab utama seseorang mulai mengakses konten pornografi.
Bagaimanapun seseorang memahami tentang pornografi, secara sederhana pornografi dapat dipahami sebagai "konduktor" baik berupa tulisan, foto, lukisan, suara ataupun video yang menghantarkan seseorang berfantasi secara seksual. Hal inilah yang kemudian mampu memberikan efek kecanduan.
Melansir Kompas.com (25/3/2020), Ahli Bedah Saraf Rumah Sakit San Antonio, Amerika Serikat, Donald L. Hilton mengungkapkan bahwa kerusakan otak akibat kecanduan pornografi lebih berat dibandingkan kecanduan lainnya.
Kecanduan pornografi tidak hanya berpengaruh terhadap fungsi otak, namun juga merangsang tubuh, fisik, emosi sampai pada peningkatan perilaku seksual.
Alasan penting inilah yang seyogianya menjadi perhatian kita bersama saat harus menghadapi kenyataan yang tak menentu saat masih pandemi Covid-19 ini.
Adanya self control yang kuat bagi seseorang merupakan senjata yang ampuh dalam menghindarinya. Merencanakan kegiatan positif di setiap harinya dan berusaha merealisasikannya merupakan solusi paling mendasar dalam mengentaskannya.
Terkadang bukan karena adanya niat, namun karena adanya kesempatan. Hal ini pun harus menjadi perhatian.
Mempersempit ruang dalam mengakses gawai dan mengaturnya sedemikian rupa, ini pun merupakan solusi yang mendasar. Karena gawai merupakan media utama bagi konten-konten pornografi berada.
Kalau tidak terlalu penting, menyimpan gawai dan tak "menyentuhnya" merupakan keputusan yang bijak.