Rasanya lelah apabila hanya memikirkan ketakutan dan kekhawatiran di tengah ketidakpastian. Untuk itu, memotivasi diri untuk terus menggeliat; bangkit dari kelemahan jiwa di tengah keadaan dunia yang masih labil, mutlak harus dilakukan.
Berdiam diri dan tak melakukan apa-apa adalah dua hal yang berbeda. Itulah ungkapan dasar yang semestinya dipahami!
Berdiam diri bukanlah tidak bergerak sama sekali seperti halnya batu, namun berkaitan erat dengan sebuah ruang dan waktu.
Seseorang boleh jadi bergerak dan melakukan apapun, namun dia hanya dalam ruangan tertentu dan dalam tempo tertentu, maka itulah yang disebut berdiam diri.
Berbeda dengan tidak melakukan apapun. Karena, tak melakukan apapun berkaitan erat dengan keadaan fisik yang sama sekali terdiam, seperti layaknya sebuah batu. Maka, pola pikir inilah yang harus disingkirkan jauh-jauh dari dalam diri seseorang untuk memotivasi dirinya saat berada dalam ketidakpastian.
Berada tetap di dalam rumah bukan berarti tak melakukan apapun, namun seyogianya bisa melakukan apapun, seperti halnya, konsep WFM (work from home).
Bukan hanya pekerjaan kantor yang harus dilakukan, namun juga pekerjaan lain yang merupakan bagian dari aktivitas yang "tak biasanya" harus sudah mulai digeliatkan.
Pandemi Covid-19 telah merubah sistem kehidupan harian seseorang. Yang mulanya, paruh waktunya dalam satu hari dihabiskan -setidaknya- di luar rumah, maka dalam satu hari, mau tidak mau, kalau dirasa tidak punya kepentingan, ia habiskan di dalam rumah.
Hal inilah yang memicu -semacam- gejala stres ringan, yang mau tidak mau, harus diatasi. Aktivitas berkebun dan menulis, misalkan, adalah contoh nyata dari kesiapan diri dalam memposisikan diri ketika berdampingan dengan ketidakpastian.
Penormalan baru tak sekedar menutup setengah wajah dengan masker, menjaga jarak, sering mencuci tangan dan lain sebagainya, namun ada hal lain yang lebih penting, yaitu mulai menciptakan aktivitas-aktivitas yang ramah bagi kesehatan mental.