Selama pandemi Covid-19 masih mewabah, sekolah, atas kebijakan pemerintah yang diwakili oleh Kemendikbud RI mewajibkan peserta didiknya untuk belajar di rumah. Apapun tanggapan orangtua atas kebijakan tersebut seyogianya -siapapun- harus sudah paham bahwa hal ini dilakukan untuk kebaikan bersama.
Selama kurang lebih tiga bulan anak-anak 'dirumahkan' dan kemungkinan akan ada kebijakan lain yang akan terus menyusul selama pandemi belum berakhir.
Banyak orangtua menyambut baik di awal, namun beberapa lama ada pula orangtua yang -kemudian- menjadi 'keteteran' karena harus membantu anak-anaknya dalam belajar atau membantu project mandiri yang diberikan oleh guru-gurunya di sekolah.
Bagaimana sebaiknya orangtua memosisikan diri untuk anak-anaknya yang setiap harinya harus belajar di rumah? Berikut beberapa hal yang seyogianya harus diperhatikan orangtua:
Membuat Manajemen Waktu Bersama
Mereka mungkin belum masuk dunia kerja, namun membuat semacam perencanaan dan manajemen waktu bersama merupakan pembelajaran yang cukup baik bagi mereka, inilah yang disebut dengan learning by doing.
Meskipun rencana harian orangtua -tentu- tidak sama dengan rencana harian anak, maka tidak salahnya membuat perencanaan sama-sama.
Secara tidak langsung, mereka akan belajar dari orangtua, yang tentunya sudah mempunyai pengalaman bagaimana membuat perencanaan yang baik; kapan waktunya belajar; kapan waktunya beribadah; kapan waktunya bermain dan kapan waktunya istirahat, tentunya.
Tidak harus memosisikan diri seperti 'bos' yang mendikte karyawannya. Orangtua cukup memosisikan diri sebagai 'rekan kerja' bagi anak-anaknya.
Posisikan Diri sebagai Pemberi Optimis, bukan Pemberi Pesimis
Ya, hal terpenting bagi orang tua adalah bagaimana caranya memberikan dorongan semangat bagi anak-anaknya dalam melakukan segala hal yang dilakukannya dalam konteks belajar maupun konteks yang lainnya. Bagaimanapun keadaannya sekarang. Karena, kerap kali ketika anak enggan belajar, maka orangtua pun tak sadar malah menjadi pembisik rasa pesimis yang 'jahat'.