Lihat ke Halaman Asli

Puisi | Profesor Doktor

Diperbarui: 10 Maret 2020   08:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sg.carousell.com

Dalam dinding bisu
Di depan papan putih
Mahaguru yang wibawa nan karismatik berceloteh bagai cerlih yang mencari buah ranum
Berkemeja putih, berlengan panjang, berdasi lengkap dengan celana panjang hitam dan pentopel hitam mengkilat
Khas akademisi yang mempunyai tambahan kata pada namanya
Profesor Doktor, mereka menyebutnya

Di depannya
Berjejer Mahasiswa
Asyik memperhatikan celotehan
Profesor Doktor, sekali lagi, mereka menyebutnya seperti itu

"Tok tok tok"
Pintu jati yang menjadi penutup liang keluarnya para "Maha" itu berbunyi dengan nada minor
"Masuk!"
Profesor Doktor, berkali-kali mereka menyebutnya seperti itu
Mempersilakan masuk
"Selamat pagi, Pak!"
Suara halus itu datang beriringan dengan terbukanya pintu jati

Marini
Sang Bunga Kampus, begitulah mereka memanggilnya
Ternyata dia yang memukul pintu jati itu, dengan jari tengahnya yang lentik
Bibirnya yang tipis terbuka
Merekahkan lipstrik merah hati yang melekat pada ujung belahan bibirnya
Ia tersenyum penuh hormat kepada Sang Profesor Doktor
"Permisi, Pak! Maaf, saya terlambat."

Wajahnya yang putih, bersih nan halus, bulu matanya yang lentik, serta hidungnya bak Cleopatra terpatri dalam balutan kerudung, yang membalut wajahnya yang oval
Terpotret pada kedua mata Sang Profesor

Di depannya
Mahasiswa semakin terdiam
Terlebih-lebih Mahaguru yang berceloteh kini mendadak terhenti dari celotehannya
Sepertinya cerlih kini telah menemukan buah ranumnya

Profesor Doktor...
Seringkali mereka menyebutnya seperti itu




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline