Lihat ke Halaman Asli

Tiga Mahasiswa Unpad Menghasilkan Detektor Partikel Muon untuk Mengidentifikasi Material

Diperbarui: 28 Juni 2018   20:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: www.unpad.ac.id

Tiga mahasiswa Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Padjadjaran, Muhammad Rizky Nurawan, Dhio Alfafian, dan Akhmad Saufi mengembangkan alat detektor sederhana untuk mendeteksi partikel muon dari sinar kosmis luar angkasa yang membias ke bumi.

Kiri ke kanan: tiga mahasiswa Fisika Unpad, Dhio Alfafian, Akhmad Saufi, dan Muhammad Rizky Nurawan mengembangkan detektor sederhana untuk mengidentifikasi partikel muon sinar kosmik sehingga bisa digunakan untuk mendeteksi material besi dan aluminium.

Dengan menggunakan sensor Complementary Metal Oxide Semiconductor (CMOS), detektor rancangan tiga mahasiswa tersebut bekerja menangkap partikel muon yang mengenai material-material di bumi. Meski partikel ini berasal dari luar angkasa, energinya yang cukup besar membuat partikel ini bisa sampai ke bumi.

Rizky mengatakan, detektor ini berfungsi mengidentifikasi material tertentu. Identifikasi dilakukan dengan cara mendeteksi keberadaan partikel muon dalam suatu material dengan menggunakan sensor CMOS pada webcam yang terpasang di detektor.

"Prototipe ini bisa digunakan untuk mengidentifikasi material berupa besi dan aluminium, sehingga diharapkan bisa diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari," kata Rizky saat ditemui Humas Unpad, Kamis (28/6).

Cara kerja detektor ini terbilang sederhana. Delapan sensor CMOS mendeteksi keberadaan energi partikel muon di sekitar. Begitu partikel muon tertangkap, sensor mengonvensi partikel menjadi gambar. Gambar inilah yang akan menandakan material apa yang tertangkap detektor.

Karena digunakan untuk mendeteksi material besi dan aluminium, maka prototipe ini dapat digunakan untuk detektor keamanan di bandara, pendeteksi kontainer, keperluan radiografi, deteksi tingkat pendendapan silica scaling di pipa geotermal, hingga untuk memonitor aktivitas gunung berapi.

Detektor ini pun dirancang dari komponen yang sederhana. Mulai dari webcam, USB hub, laptop, hingga perangkat lunak Opencv untuk mengolah citra yang ditangkap detektor.

Detektor ini telah dikembangkan Rizky dan kawan-kawan sejak 2017 lalu. Saat ini, detektor tersebut berhasil mendapatkan pendanaan dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI untuk Program Kreativitas Mahasiswa-Karsa Cipta (PKM-KC) dengan dosen pendamping Dr. Cukup Mulyana, M.S.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline