Lihat ke Halaman Asli

pentingnya reboisasi Untuk meminimalisir kerugian akibat bencana alam

Diperbarui: 18 Januari 2024   16:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dari awal tahun 2023  sampai dengan awal oktober 2023 tercatat  ada lebih dari 3000 bencana di Indonesia dan banjir merupakan salah satu bencana yang paling banyak terjadi (sebanyak 893 kejadian) Menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), lalu dikuti oleh cuaca ekstrim 861 kejadian, lalu ada 687 kebakaran hutan dan lahan (karhutla), 449 kejadian tanah longsor, 116 kejadian kekeringan, 24 kejadian gelombang pasang/abrasi, 24 kejadian gempa bumi, serta 2 kejadian erupsi gunung api.

Berita ini seharusnya banyak diketahui oleh masyarakat Indonesia namun dikarenakakn pada tahun 2024 ada pergantian presiden, membuat berita ini tidak terekspos secara menyeluruh dan rata-rata media televisi di indonesia lebih fokus ke dalam hal politik akhir-akhir ini karena bisa menaikan rating televisi tersebut, padahal berita tentang bencana alam juga tidak kalah pentingnya dengan politik karena menyangkut masa depan indonesia terutama di masa emas Indonesia pada tahun 2045.

Dampak dari bencana alam ini juga tidak main-main, dimulai dari banyaknya rumah yang rusak, rusaknya fasilitas umum seperti pendidikan, ibadah, kesehatan, dll.

Dengan banyaknya kerugian yang telah menimpa sebagian banyak masyarakat di Indonesia membuat perkembangan ekonomi dan pendidikan di Indonesia menjadi terhambat.

Salah satu cara untuk meminimalisirnya yaitu dengan cara reboisasi, reboisasi adalah proses penhijauan kembali hutan yang sudah gundul, sebenarnya tidak harus dilakukan di hutan saja namun di halaman rumah pun sebenarnya bisa dilakukan.

Dengan melakukan reboisasi kita bisa meminimalisir kerugian akibat bencana alam seperti : “mengurangi banjir,tanah longsor,mengurangi polusi udara, kekeringan, gempa bumi, dan lain-lain”.

Manfaat lainnya dari reboisasi sangatlah banyak bagi mahkluk hidup yang tinggal di bumi ini terutama bagi masyarakat yang tinggal di Indonesia, contohnya Telaga Desa Made yang terletak di Made Kampung, Desa Made, Kecamatan Lamongan, Kabupaten Lamongan. Pada tahun 2004, warga sempat membangun sumur bor secara swadaya. Namun, sumur tersebut sempat pula mengalami kekeringan sehingga Telaga Kemuning akhirnya berfungsi kembali.

Warga merawat telaga tersebut dengan menjaga kehijauannya, meski sebenarnya kondisi sekitar sudah cukup hijau dengan keberadaan wilayah persawahan. Namun dengan adanya program Penghijauan, warga bisa menanam sekitar 40 pohon Jambu Biji, 40 Pohon Jambu air, dan 50 pohon kelengkeng agar bisa dimanfaatkan oleh warga.

Kondisi telaga yang asri juga dimanfaatkan secara ekonomi. Namun, untuk menjaga kelestarian telaga, warga terlebih dulu membentuk Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis). Di bawah wadah itu mereka berembuk soal konsep wisata ramah lingkungan.

Dari situlah kemudian lahir usaha pemancingan dan juga konsep penanaman pohon oleh pengunjung. "Yang sudah berjalan pemancingan, tapi telaga hanya dibuka untuk wisata selama empat bulan. Dari situ hanya satu bulan untuk full mancing," tutur Kepala Dusun Kemuning, Suhardi, Kamis (15/02/20).

Bisa kita lihat dampak reboisasi dari desa tersebut sangatlah banyak, bahkan saking banyaknya dampak reboisasi dari desa tersebut, membuat masyarakat yang tinggal di desa tersebut hidup makmur, dimulai melimpahnya sumber daya alam, tidak mengalami kekeringan, terbukanya lapang pekerjaan baru dan masih banyak lagi dampak positif yang membuat masyarakat yang tinggal di desa tersebut hidup bahagia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline