Abu Arrayhan Muhammad Ibnu Ahmad al-Biruni atau yang lebih dikenal dengan nama al-Biruni, Ia adalah Matematikawan Muslim yang hidup pada periode awal pertengahan Islam. Al-Buruni lahir di Desa Khath yang merupakan ibukota Kerajaan Khawarizm, Turkmenistan pada 3 Zuljijah 362 H/ 15 September 973 M. Nama beliau dikenal sebagai Ilmuan dan filsuf yang serba bisa. Dengan berbagai ilmu Pengetahuan yang dikuasainya, beliau mendapatkan julukan sebagai "Ustadz Fil ulum"atau Guru segala ilmu.
Riwayat al-Biruni dibagi menjadi empat fase : fase pertama, Kelahiran. Pada fase Pertama al-Buruni sudah sangat tertarik pada Astronomi dan Tematik. Beliau banyak belajar pada ahli terkemuka kala itu, Abu Nasr Mansur. Pada fase kedua, ketika ia belum genap 22 Tahun, beliau telah menulis kerja meski dalam bentuk pendek. Sayangnya, semua kertas kerjanya hilang ditelan sejarah. Pada Fase ketiga, ia telah menulis buku yang berjudul Kronologi yang merujuk kepada hasil kerja lain yang dihasilakan beliau yang hilang. Dan difase inilah beliau mulai menulis berbagai buku dari berbagai ilmu pengetahuan.
Al-Biruni melanglang buana hingga ke India Bersama tim ekspedisi Sultan Mahmoud. Disini ia banyak menghasilkan buku maupun artikel ilmiah yang disampaikannya dalam beberapa pertemuan. Selain itu al-Biruni menyumbangkan ilmu dan peradaban India, antara lain penciptaan dalam kaidah penggunaan angka-angka India dan lalu kajian beliau mencari ukuran bumi menggunakan perhitungan Matematika.
Menurut Max Meyer Hoff, al-Biruni adalah seorang yang paling menonjol di kalangan para cendikiawan Islam yang mewarnai era kegemilangan sains. Tak Cuma itu, ilmuan yang berasal dari Khawarizm, Persia, Itu juga dinobatkan sebagai Bapak Geodesi. Dijaman ke emasan Islam, al-Buruni telah meletakan dasar-dasar satu cabang kepandaian tertua yang berhubungan dengan lingkungan Fisik bumi.
Dalam kitab yang berjudul Kitabal-Jawahir atau Buku dari Berharga Batu, Al-Buruni menjelaskan beragam Mineral. Dia Mengkelasifikasikan setiap mineral berdasarkan warna, bau, kekerasan, kepadatan, sertakeberatannya.
Karya nya itupun sekarang menjadi rujukan para Ilmuan di bidang Manufaktur, yang mana dalam kitabnya itu dijelaskan sangat rinci bagaiman logam di bengkokan maka akan terjadi peningkatan kekuatannya karena hasil dari reaksi logam. Lalu dalam kitab itu juga dijelaskan peroses pengerjaan besi tempa serta pembuatan baja dari besi tuang yang dilakukan melakui peroses karbonasi,
Lalu ada dalam bab pembuatan pedang terdapat metodologi proses yang menjelaskan pembentukan logam yang di dalamnya terdapat struktur nano. Menurut Al-Kindi, cemara dapat ditemukan di semua jenis besi buatan. Murid terbaik Ibnu Ishaq al Kindi adalah Reyhan al-Biruni dalam bukunya Al-Jawahir yang merupakaan lanjutan dari gurunya (Al-Kindi).
ECAP atau equal chanel anggular pressing, ialah metode yang dikembangkan di rusia oleh Vladimir Seagal pada tahun 1975, yang dimna konsep dan formulanya sudah dijelaskan di referensi oleh Ibnu Reyhan Al-Biruni antara abad-10 yang telah di formulasikan pada kitab Fi Makrifat Al- Jawahir.
Metode ECAP merupakan metode untuk meningkatkan sifat mekanik logam dengan mekanisme proses pelakuan pada logam, dimana hal itu tedapat pada patterm fi ma'rifat al-jawahir. Rumusan ECAP yang dikembangkan oleh segal dan valiev, sudah dinarasikan pada kitab fi ma'rifat al-jawahir terkait dengan teori pembengkokan penekanan dan reaksi pada logam.
Berdasarkan artikel ilmiah yang ditulis oleh Ruslan dan Langdon bahwa metode ECAP dalam pemrosesan logam, bertujuan untuk menghasilkan paduan logam dengan sifat unggul merupakan metamorfosa peralihan transfer teknologi yang ditelusuri kembali dari Tiongkok kuno pandai besi produksi baja Damaskus berkualitas tinggi di timur tengah dan fabrikasi baja Wootz legendaris di India Kuno.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H