PENDAHULUAN
Sejarah mengenai minuman beralkohol dalam kehidupan identik dengan eksistensi manusia dalam peradaban, sehingga keduanya tidak dapat dilepaskan. Munculnya kebiasaan minuman beralkohol bahwa pada peradaban Mesir kuno, kemudian Yunani kuno, sampai pada Romawi kuno, yang menjadikan minuman beralkohol sebagai bagian penting dalam suatu perayaan akbar, seperti pesta, setelah makan, bahkan ketika hendak berperang maupun setelah berperang. Dengan demikian dapat dikategorikan bahwa minuman beralkohol muncul pertama kalinya di Barat dan berkembang sampai Indonesia yang dibawa oleh kolonial, walau demikian minuman beralkohol sudah ada jauh sebelum adanya peradaban kerajaan dalam sejarah.
Pada tahun 2018 eropa menjadi Negara dengan jumlah konsumsi alkohol terbanyak di dunia sebesar 449.304 jiwa (WHO, 2018). Peningkatan konsumsi alkohol juga terjadi di Indonesia, provinsi Sulawesi Utara menjadi penyumbang konsumsi alkohol terbanyak sebesar 16% (Riskesdas, 2018). Hasil data (PUSLITBANG, 2015) juga didapatkan 17,93% remaja mengkonsumsi alkohol dari 11.110 populasi remaja dengan rincian 14,38% adalah remaja laki-laki serta 3,55% adalah remaja perempuan. Berbagai faktor seperti pergaulan berperan dalam konsumsi alkohol di kalangan remaja. Di zaman modern ini, pergaulan bebas sering menyebabkan penyalahgunaan alkohol di kalangan remaja, yang kemudian menjadi budaya yang mereka banggakan. Pengaruh teman dalam lingkungan tersebut sangat signifikan dalam membentuk perilaku remaja, serta didukung oleh tingginya rasa solidaritas yang mendorong remaja untuk terus mengkonsumsinya. Remaja percaya bahwa dengan mengikuti budaya minum alkohol, mereka akan mendapatkan lebih banyak teman dan diakui dalam lingkungan sosial mereka.
ISI
Salah satu minat sosial yang biasanya terjadi pada masa remaja adalah penggunaan minuman beralkohol. Menurut Hurlock (1996:217), penggunaan minuman beralkohol pada saat berkencan maupun saat pesta semakin membuat remaja tersebut semakin popular. Selain itu, Hurlock (1996:223) menyatakan bahwa penggunaan minuman beralkohol sudah menjadi simbol status bagi individu laki laki maupun remaja. Pada dasarnya, minuman merupakan kegiatan kelompok dan hanya sedikit individu yang mau minum sendirian. Pergaulan dalam remaja yang memiliki kelompok-kelompok dalam pertemanan membuat remaja dapat merasa nyaman bila melakukan perilaku yang dianggap remaja adalah suatu hal yang tidak salah karena dilakukan secara bersamaan dan tidak ada yang memberi larangan dalam memilih dan melakukan tindakan penggunaan minuman beralkohol. Hurlock (1996:223) menambahkan bahwa persepsi rasa enak terhadap minuman beralkohol berkembang selama masa remaja dan kebutuhan akan sosialisasi menyebabkan "minum" dianggap sebagai lambang yang penting bagi status keanggotaan kelompok. Namun individu tersebut juga mempunyai tanggung jawab untuk berhenti atau pun melanjutkan untuk menjadi alkoholis (Hurlock,1996:223). Sikap remaja yang merasa lebih "keren" saat menggunakan minuman beralkohol adalah suatu hal yang umum terjadi pada saat ini. Remaja merasa diri mereka sangat "keren" karena berani minum dan mendapat pengakuan dari kelompok, ini membuat remaja semakin merasa bahwa apa yang dilakukan dengan meminum alkohol adalah tindakan yang baik, karena tidak menyalahi aturan dalam kelompok dan norma sosial. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991:328) penggunaan adalah proses, pembuatan, cara mempergunakan sesuatu atau pemakaian.
Minuman beralkohol merupakan minuman yang mengandung alkohol. Hawari (2006:52) mengemukakan bahwa alkohol termasuk zat adiktif, artinya zat tersebut dapat menimbulkan adiksi (addiction) yaitu ketagihan dan dependensi (ketergantungan). Menurut Warto, dkk. (2009:8) alkohol adalah zat aktif dalam berbagai minuman beralkohol yang mengandung etanol dan berfungsi menekan saraf pusat. Rasa ketagihan yang dirasakan remaja akan membuat konsumen terhadap minuman beralkohol pun menjadi meningkat penggunaanya dan akan memberikan efek negatif pada masa depan remaja karena meminum zat adiktif terus-menerus dan memberikan efek buruk bagi kesehatan kedepannya. beberapa yang terjadi faktor pada remaja mengkonsumsi alkohol.
Pengaruh Teman Sebaya: Remaja sangat dipengaruhi oleh kelompok sosial mereka. Penelitian menunjukkan bahwa remaja yang memiliki teman yang sering mabuk cenderung lebih mungkin untuk ikut terlibat dalam perilaku mabuk . Tekanan Sosial dan Kultural: Dalam beberapa budaya, mabuk dianggap sebagai ritus peralihan atau cara untuk menunjukkan kedewasaan. Penelitian oleh Donovan (2004) menunjukkan bahwa persepsi budaya tentang mabuk memainkan peran besar dalam kebiasaan minum remaja . Paparan Media: Media sering kali menggambarkan konsumsi alkohol dan mabuk sebagai aktivitas yang glamor dan menyenangkan. Studi oleh Anderson et al. (2009) menemukan bahwa paparan iklan alkohol berkorelasi dengan peningkatan konsumsi alkohol di kalangan remaja Faktor Keluarga: Pola minum dalam keluarga juga berpengaruh. Penelitian oleh Van der Vorst et al. (2005) menunjukkan bahwa remaja yang orang tuanya sering mabuk lebih mungkin untuk meniru perilaku tersebut. Aksesibilitas dan Regulasi: Kemudahan mendapatkan alkohol, baik melalui pembelian langsung atau cara lain, meningkatkan kemungkinan remaja untuk mabuk. Studi oleh Paschall et al. (2009) menunjukkan bahwa penegakan hukum yang lemah terkait penjualan alkohol kepada remaja berkontribusi pada masalah ini.
KESIMPULAN
Penggunaan minuman beralkohol di kalangan remaja seringkali dipengaruhi oleh faktor sosial seperti pengaruh teman sebaya, tekanan budaya, dan paparan media yang menggambarkan alkohol sebagai simbol status dan aktivitas yang glamor. Hurlock (1996) menekankan bahwa alkohol sering digunakan sebagai alat untuk meningkatkan popularitas dan menjadi simbol status dalam kelompok sosial remaja. Tekanan untuk menyesuaikan diri dengan kelompok serta kurangnya larangan dalam lingkungan sosial mereka memperkuat perilaku ini. Faktor lain seperti pola konsumsi alkohol dalam keluarga dan kemudahan akses juga berperan signifikan dalam meningkatkan penggunaan alkohol di kalangan remaja. Dampak negatif jangka panjang dari penggunaan alkohol termasuk ketagihan dan berbagai masalah kesehatan, menunjukkan pentingnya intervensi dini dan pendidikan yang efektif untuk mengurangi budaya mabuk di kalangan remaja.
DAFTAR PUSTAKA
Hawari, Dadang. Penyalahgunaan dan ketergantungan NAZA (narkotika, alkohol dan zat adiktif). Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2000.
Hurlock, and Elizabeth B. Psikologi perkembangan: suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan, edisi kelima. Ahli bahasa: Istiwidayanti dan Soedjarwo. Jakarta, Erlangga, 1996.