Lihat ke Halaman Asli

Kelebihan Dinar dan Dirham Sebagai Mata Uang Dibandingkan dengan "Fiat Money"

Diperbarui: 18 Juni 2022   21:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dinar. Sumber ilustrasi: PEXELS/Pixabay

Uang muncul sebagai bentuk alat transaksi yang menggantikan sistem barter. Uang bisa digunakan sebagai alat transaksi jika diterima dan diakui oleh masyarakat sebagai alat pembayaran, baik pembayaran barang, jasa, hutang, dll. (Hubbard 2002).  Sebagai alat tukar, uang telah mengalami berbagai perkembangan bentuk. Mulai dari uang logam hingga  uang yang sering kita jumpai dewasa ini yaitu uang berbentuk kertas atau disebut juga uang fiat. Lalu bagaimana perbandingan uang fiat yang saat ini kita kenal dengan uang logam? Untuk mengetahui hal tersebut penulis mencoba membandingkan uang fiat dengan uang dinar dan dirham.

Dinar dan dirham adalah mata uang yang sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Dinar merupakan uang koin yang berbahan emas, sedangkan dirham adalah uang koin yang berbahan perak. Dinar dan dirham sendiri diadaptasi dari mata uang bangsa romawi dan persia, yaitu denarius dan drachma.

Sebelum membahas lebih lanjut mengenai dinar dan dirham serta fiat money, alangkah baiknya jika kita memahami lebih dahulu perbedaan mendasar diantara keduanya. Nilai uang jika jika dilihat dari bentuk dan bahannya dapat dibedakan menjadi dua jenis, yakni fiducier money dan full bodied money. Fiducier money merupakan uang yang nilai intrinsik-nya lebih kecil dibandingkan nilai nominal-nya, contohnya adalah uang kertas yang sering kita jumpai. Sedangkan full bodied money merupakan uang yang nilai intrinsik-nya sama atau setara dengan nilai nominal-nya, contohnya adalah uang logam.

Meskipun dinar dan dirham bisa dibilang "uang jadul" jika dibandingkan dengan uang modern yang serba praktis, namun dinar dan dirham memiliki kelebihannya tersendiri sebagai mata uang. Contohnya jika dibandingkan dengan uang fiat, dinar dan dirham nilainya jauh lebih stabil dan tahan terhadap inflasi. Hal ini dikarenakan nilai nominal yang setara dengan nilai intrinsik-nya sehingga tidak akan terjadi yang namanya "devaluasi".

Berbeda dengan uang fiat yang nilainya terus turun (ter-devaluasi) seiring berjalannya waktu. Contoh mudahnya jika zaman dulu dengan uang 500 perak kamu sudah bisa jajan kue cubit, namun sekarang kamu perlu mengeluarkan uang belasan hingga puluhan ribu.

Kestabilan nilai dinar dan dirham ini juga akan bermanfaat dalam perdagangan luar negeri. Seperti yang kita tahu daya beli mata uang suatu negara tentu akan berbeda terhadap mata uang negara lainnya. Contohnya 1 USD sama dengan 14.800 sekian rupiah. Dari sini saja kita dapat menggunakan logika sederhana, bahwa dengan uang 1 USD orang amerika bisa membeli 1 bungkus nasi campur dan es teh di Indonesia. Sedangkan dengan Rp 14.000 orang indonesia hanya akan mendapat "sepotong" pizza di Amerika.

Sepotong pizza. Sumber ilustrasi: PEXELS/Alena Shekhovtcova 

Maka hal tersebut jika kita hubungkan dengan keadaan ekonomi saat ini, yaitu dimana banyak negara-negara yang mengalami devaluasi mata uang sehingga daya beli terhadap produk-produk dan komoditas asing semakin menurun. Sebaliknya nilai mata uang dan daya beli negara-negara asing akan semakin meningkat terhadap negara yang mengalami devaluasi. Hal tersebut tentu akan berbeda cerita dengan dinar dan dirham yang memiliki nilai lebih stabil karena nilainya bukan ditentukan oleh kebijakan pemerintah melainkan ditentukan oleh pasar. Hal ini akan menciptakan kondisi perdagangan luar negeri yang lebih adil.

Beberapa keunggulan lainnya adalah dinar dan dirham memiliki bahan dengan daya tahan yang kuat sehingga jangka waktu penggunaannya juga lama sehingga terhindar dari proses penghancuran uang.  Selain itu kesejahteraan dan kedaulatan negara juga dapat terjaga karena terhindar dari krisis moneter yang menjadi jalan masuk bagi para kapitalis-kapitalis asing, yakni melalui utang-utang yang diberikan oleh lembaga-lembaga keuangan internasional.

Daftar Pustaka

Jamaluddin, J. (2014). Fiat Money: Masalah dan Solusi. Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 4(2), 257-268.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline