Dalam sejarah bangsa, terdapat pahlawan-pahlawan yang memiliki jasa besar dalam memperjuangkan identitas kebangsaan dari penjajahan. Namun, sangat disayangkan bahwa saat ini kesadaran akan sejarah bangsa di kalangan masyarakat sangatlah rendah. Ini mengakibatkan banyak pahlawan yang kurang dikenal bahkan hampir terlupakan.
Salah satunya adalah Siti Manggopoh, seorang pahlawan wanita asal Minangkabau, Sumatra Barat. Meskipun namanya tidak seterkenal pahlawan lain, kontribusinya tidak boleh diabaikan. Siti Manggopoh memiliki peran penting dalam perjuangan kemerdekaan dan hak-hak rakyat Minangkabau melawan penjajahan Belanda.
Siti Manggopoh, yang akrab dipanggil Mande Siti, memiliki latar belakang dari Nagari Manggopoh di Kecamatan Lubuk Basung, Kabupaten Agam, Sumatra Barat. Meskipun tidak diketahui nama panjangnya, namanya berasal dari nagari tempat ia berjuang.
Dilahirkan pada akhir abad ke-19, Siti Manggopoh tumbuh dalam lingkungan yang penuh semangat perjuangan. Keluarganya aktif dalam gerakan sosial dan perlawanan terhadap penjajahan. Sejak usia muda, Siti Manggopoh terpapar oleh nilai-nilai keadilan dan keberanian yang membentuk karakternya sebagai seorang pejuang.
Siti Manggopoh sangat aktif dalam perjuangan melawan penjajahan Belanda yang menguasai Nusantara pada masa itu. Perannya tidak hanya sebagai figur inspiratif di kalangan rakyat, tetapi juga melibatkan dirinya dalam aksi-aksi perlawanan. Keberaniannya memimpin gerakan perlawanan terhadap penjajah menginspirasi banyak orang, terutama perempuan, untuk turut serta dalam perjuangan.
Ia terkenal sebagai pemimpin dalam Perang Belasting (pajak) di Ranah Minang. Perang ini dipicu oleh ketidakpuasan terhadap kebijakan pemerintah kolonial Belanda yang menerapkan pajak uang sebagai pengganti sistem tanam paksa pada awal Maret 1908. Kebijakan ini melibatkan berbagai aspek, mulai dari penghasilan hingga aset seperti perabotan rumah tangga, sawah, rumah gadang, dan tanah Pusako.
Pada masa itu, pajak yang sangat berat dikenakan oleh Belanda kepada rakyat Minangkabau. Siti Manggopoh dan rekan-rekannya menolak membayar pajak tersebut dan memilih melawan penjajah Belanda.
Siti Manggopoh memimpin pasukan perempuan yang terdiri dari ratusan orang. Pasukannya dikenal tangguh dan disegani oleh pasukan Belanda.
Julukan "Singa Betina dari Minang" melekat padanya, menggambarkan keberanian dan ketangguhannya memimpin pasukan, walaupun sebagai seorang perempuan pada masa itu dianggap tidak setara dengan laki-laki.
Peran penting Siti Manggopoh meliputi penyebaran semangat persatuan dan gotong royong di kalangan masyarakat Minangkabau. Ia menjadi pilar semangat bagi rakyat menghadapi tantangan penjajahan, mengajarkan nilai-nilai kebersamaan, dan menggerakkan orang-orang untuk bersatu demi kemerdekaan.