Lihat ke Halaman Asli

Puisi Untukmu Wahai Ibu Pertiwi

Diperbarui: 14 Maret 2022   14:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Picture by : deviantart.com

Di dunia baru ini, suara-suara dibungkam, mulut-mulut dibekap, kebenaran disekap dalam sekat kegelapan yang pekat.
 
Dalam kemelaratan, negara enggan memberi rakyat makanan.
Mereka percaya manusia bisa hidup hanya dengan harapan.

Jangan terlalu merepotkan.
Negara sedang sibuk membagi harta warisan pada kaum bangsawan dan pangeran.

Lalu saat harapan itu dipertanyakan, mereka kelabakan menangkap tangan-tangan yang kelaparan di tembok pinggir jalan.

"janganlah kalian mengadu kepada Tuhan."

Negara yang mendukung kebebasan berpendapat, asalkan tidak disampaikan.
Jangan sekali-kali bersuara lantang kalau tidak mau digelandang.

Maafkan aku, ibu

Sementara aku hanya bisa menulis omong kosong ini.
Suatu saat nanti doakan saja aku bisa membantumu.
Merapikan hutan yang semakin terkikis.
Atau setidaknya biarkan aku membersihkan kuku-kuku di jari kakimu.

Jakarta, 14 Maret 2022
By : Muhammad Rifqy Nur Fauzan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline